Selasa, 19 Februari 2008

Dialog Rosulullah SAW vs Iblis

Allah SWT telah memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis supaya dia menghadap Rasulullah saw untuk memberitahu segala rahasianya, baik yang disukai maupun yang dibencinya. Hikmatnya ialah untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad SAW dan juga sebagai peringatan dan perisai kepada umat manusia.

Maka Malaikat itu pun berjumpa Iblis dan berkata, "Hai Iblis! Bahwa Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar memberi perintah untuk menghadap Rasullullah saw. Hendaklah engkau buka segala rahasiamu dan apapun yang ditanya Rasulullah hendaklah engkau jawab dengan sebenar-benarnya. Jikalau engkau berdusta walau satu perkataan pun, niscaya akan terputus semua anggota badanmu, uratmu, serta disiksa dengan azab yang amat keras."

Mendengar ucapan Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan. Maka segeralah dia menghadap Rasulullah SAW dengan menyamar sebagai seorang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai, panjangnya seperti ekor lembu.Iblis pun memberi salam, sehingga 3 kali tidak juga dijawab oleh Rasulullah saw.

Maka sambut Iblis (alaihi laknat), "Ya Rasulullah! Mengapa engkau tidak mejawab salamku? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi Allah?"
Maka jawab Nabi dengan marah, "Hai Aduwullah seteru Allah! Kepadaku engkau menunjukkan kebaikanmu? Janganlah mencoba menipuku sebagaimana kau tipu Nabi Adam a.s sehingga keluar dari syurga, Habil mati teraniaya dibunuh Qabil dengan sebab hasutanmu, Nabi Ayub engkau tiup dengan asap beracun ketika dia sedang sujud sembahyang hingga dia sengsara beberapa lama, kisah Nabi Daud dengan perempuan Urya, Nabi Sulaiman meninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa Anbiya dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu.
Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di sisi Allah azza wajalla, cuma salammu saja aku tidak hendak menjawabnya karena diharamkan Allah. Maka aku kenal baik-baik engkaulah Iblis, raja segala iblis, syaitan dan jin yang menyamar diri. Apa kehendakmu datang menemuiku?"
Taklimat Iblis, "Ya Nabi Allah! Janganlah engkau marah. Karena engkau adalah Khatamul Anbiya maka dapat mengenaliku. Kedatanganku adalah diperintah Allah untuk memberitahu segala tipu dayaku terhadap umatmu dari zaman Nabi Adam hingga akhir zaman. Ya Nabi Allah! Setiap apa yang engkau tanya, aku bersedia menerangkan satu persatu dengan sebenarnya, tiadalah aku berani menyembunyikannya."
Maka Iblis pun bersumpah menyebut nama Allah dan berkata, "Ya Rasulullah! Sekiranya aku berdusta barang sepatah pun niscaya hancur leburlah badanku menjadi abu."
Apabila mendengar sumpah Iblis itu, Nabi pun tersenyum dan berkata dalam hatinya, inilah satu peluangku untuk menyiasati segala perbuatannya agar didengar oleh sekalian sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai kepada seluruh umatku.

Pertanyaan Nabi (1) :"Hai Iblis! Siapakah sebesar-besar musuhmu dan bagaimana aku terhadapmu?"
Jawab Iblis:"Ya Nabi Allah! Engkaulah musuhku yang paling besar di antara segala musuhku di muka bumi ini."
Maka Nabi pun memandang muka Iblis, dan Iblis pun menggeletar karena ketakutan.
Sambung Iblis, "Ya Khatamul Anbiya! Ada pun aku dapat merubah diriku seperti sekalian manusia, binatang dan lain-lain hingga rupa dan suara pun tidak berbeda, kecuali dirimu saja yang tidak dapat aku tiru karena dicegah oleh Allah. Kiranya aku menyerupai dirimu, maka terbakarlah diriku menjadi abu. Aku cabut iktikad / niat anak Adam supaya menjadi kafir karena engkau berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat untuk memeluk agama Islam, begitu jugalah aku berusaha menarik mereka kepada kafir, murtad atau munafik. Aku akan menarik seluruh umat Islam dari jalan benar menuju jalan yang sesat supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya bersamaku."

Pertanyaan Nabi (2) :"Hai Iblis! Bagaimana perbuatanmu kepada makhluk Allah?"
Jawab Iblis:"Adalah satu kemajuan bagi perempuan yang merenggangkan kedua pahanya kepada lelaki yang bukan suaminya, setengahnya hingga mengeluarkan benih yang salah sifatnya. Aku goda semua manusia supaya meninggalkan sholat, terbuai dengan makan minum, berbuat durhaka, aku lalaikan dengan harta benda daripada emas, perak dan permata, rumahnya, tanahnya, ladangnya supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan haram. Demikian juga ketika pesta yang bercampur antara lelaki dan perempuan. Disana aku lepaskan sebesar-besar godaan supaya hilang peraturan dan minum arak. Apabila terminum arak itu maka hilanglah akal, fikiran dan malunya. Lalu aku ulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa pintu maksiat yang besar, datang perasaan hasad dengki hingga kepada pekerjaan zina. Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari uang hingga menjadi penipu, peminjam dan pencuri. Apabila mereka teringat akan salah mereka lalu hendak bertaubat atau berbuat amal ibadat, aku akan rayu mereka supaya mereka menangguhkannya. Bertambah keras aku goda supaya menambahkan maksiat dan mengambil isteri orang. Bila kena goda hatinya, datanglah rasa ria, takabur, megah, sombong dan melengahkan amalnya. Bila pada lidahnya, mereka akan gemar berdusta, mencela dan mengumpat. Demikianlah aku goda mereka setiap saat."

Pertanyaan Nabi (3) : "Hai Iblis! Mengapa engkau bersusah payah melakukan pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambahkan laknat yang besar serta siksa yang besar di neraka yang paling bawah? Hai yang dikutuk Allah! Siapa yang menjadikanmu? Siapa yang melanjutkan usiamu? Siapa yang menerangkan matamu? Siapa yang memberi pendengaranmu? Siapa yang memberi kekuatan anggota badanmu?"
Jawab Iblis:"Semuanya itu adalah anugerah daripada Allah Yang Maha Besar juga. Tetapi hawa nafsu dan takabur membuatku menjadi jahat sebesar-besarnya. Engkau lebih tahu bahwa Diriku telah beribu-ribu tahun menjadi ketua seluruh Malaikat dan pangkatku telah dinaikkan dari satu langit ke satu langit yang tinggi. Kemudian Aku tinggal di dunia ini beribadat bersama sekalian Malaikat beberapa waktu lamanya. Tiba-tiba datang firman Allah SWT hendak menjadikan seorang Khalifah di dunia ini, maka akupun membantah. Lalu Allah menciptakan lelaki (Nabi Adam) lalu dititahkan seluruh Malaikat memberi hormat kepada lelaki itu, kecuali aku yang ingkar. Oleh karena itu Allah murka kepadaku dan wajahku yang tampan rupawan dan bercahaya itu bertukar menjadi keji dan kelam. Aku merasa sakit hati. Kemudian Allah menjadikan Adam raja di syurga dan dikurniakan seorang permaisuri (Siti Hawa) yang memerintah seluruh bidadari. Aku bertambah dengki dan dendam kepada mereka. Akhirnya aku berhasil menipu mereka melalui Siti Hawa yang menyuruh Adam memakan buah Khuldi, lalu keduanya diusir dari syurga ke dunia. Keduanya berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah (di Padang Arafah), hingga mereka mendapat beberapa orang anak. Kemudian kami hasut anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil. Itu pun aku masih tidak puas hati dan berbagai tipu daya aku lakukan hingga Hari Kiamat. Sebelum Engkau lahir ke dunia, aku beserta bala tentaraku dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahasia serta tulisan yang menyuruh manusia berbuat ibadat serta balasan pahala dan syurga mereka. Kemudian aku turun ke dunia, dan memberitahu manusia yang lain aripada apa yang sebenarnya aku dapatkan, dengan berbagai tipu daya hingga tersesat dengan berbagai kitab bid'ah dan carut-marut. Tetapi ketika engkau lahir ke dunia ini, maka aku tidak dibenarkan oleh Allah untuk naik ke langit serta mencuri rahasia, kerana banyak Malaikat yang menjaga di setiap lapisan pintu langit. Jika aku berkeras juga hendak naik, maka Malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala. Sudah banyak bala tenteraku yang terkena lontaran Malaikat itu dan semuanya terbakar menjadi abu. Maka besarlah kesusahanku dan bala tentaraku untuk menjalankan tugas menghasut."

Pertanyaan Nabi (4) :"Hai Iblis! Apakah yang pertama engkau tipu dari manusia?"
Jawab Iblis:"Pertama sekali aku palingkan iktikad / niatnya, imannya kepada kafir juga ada dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan atau hatinya. Jika tidak berhasil juga, aku akan tarik dengan cara mengurangi pahala. Lama-kelamaan mereka akan terjerumus mengikut kemauan jalanku"

Pertanyaan Nabi (5) :"Hai Iblis! Jika umatku sholat karena Allah, bagaimana keadaanmu?" Jawab Iblis:"Sebesar-besarnya kesusahanku. Gementarlah badanku dan lemah tulang sendiku. Maka aku kerahkan berpuluh-puluh iblis datang menggoda seorang manusia, pada setiap anggota badannya. Setengah-setengahnya datang pada setiap anggota badannya supaya malas sholat, was-was, terlupa bilangan rakaatnya, bimbang pada pekerjaan dunia yang ditinggalkannya, sentiasa hendak cepat habis sholatnya, hilang khusyuknya - matanya sentiasa menjeling ke kiri kanan, telinganya senantiasa mendengar orang bercakap serta bunyi-bunyi yang lain. Setengah Iblis duduk di belakang badan orang yang sembahyang itu supaya dia tidak kuasa sujud berlama-lama, penat atau duduk tahiyat dan dalam hatinya senantiasa hendak cepat habis sholatnya, itu semua membawa kepada kurangnya pahala. Jika para Iblis itu tidak dapat menggoda manusia itu, maka aku sendiri akan menghukum mereka dengan seberat-berat hukuman."

Pertanyaan Nabi (6) :"Jika umatku membaca Al-Quran karena Allah, bagaimana perasaanmu?" Jawab Iblis:"Jika mereka membaca Al-Quran karena Allah, maka rasa terbakarlah tubuhku, putus-putus segala uratku lalu aku lari daripadanya."

Pertanyaan Nabi (7) :"Jika umatku mengerjakan haji karena Allah, bagaimana perasaanmu?" Jawab Iblis:"Binasalah diriku, gugurlah daging dan tulangku karena mereka telah mencukupkan rukun Islamnya."

Pertanyaan Nabi (8) :"Jika umatku berpuasa karena Allah, bagaimana keadaanmu?"
Jawab Iblis:"Ya Rasulullah! Inilah bencana yang paling besar bahayanya kepadaku. Apabila masuk awal bulan Ramadhan, maka memancarlah cahaya Arasy dan Kursi, bahkan seluruh Malaikat menyambut dengan suka cita. Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosa yang lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar serta tidak dicatatkan dosanya selama dia berpuasa. Yang menghancurkan hatiku ialah segala isi langit dan bumi, yakni Malaikat, bulan, bintang, burung dan ikan-ikan semuanya siang malam mendoakan ampunan bagi orang yang berpuasa. Satu lagi kemuliaan orang berpuasa ialah dimerdekakan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka ditutup manakala semua pintu syurga dibuka seluas-luasnya, serta dihembuskan angin dari bawah Arasy yang bernama Angin Syirah yang amat lembut ke dalam syurga. Pada hari umatmu mulai berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian Malaikat dengan garangnya menangkapku dan tentaraku, jin, syaitan dan ifrit lalu dipasung kaki dan tangan dengan besi panas dan dirantai serta dimasukkan ke bawah bumi yang amat dalam. Di sana pula beberapa azab yang lain telah menunggu kami. Setelah habis umatmu berpuasa barulah aku dilepaskan dengan perintah agar tidak mengganggu umatmu. Umatmu sendiri telah merasa ketenangan berpuasa sebagaimana mereka bekerja dan bersahur seorang diri di tengah malam tanpa rasa takut dibandingkan bulan biasa."

Pertanyaan Nabi (9) :"Hai Iblis! Bagaimana seluruh sahabatku menurutmu?"
Jawab Iblis:"Seluruh sahabatmu juga adalah sebesar - besar seteruku. Tiada upayaku melawannya dan tiada satu tipu daya yang dapat masuk kepada mereka. Karena engkau sendiri telah berkata: "Seluruh sahabatku adalah seperti bintang di langit, jika kamu mengikuti mereka, maka kamu akan mendapat petunjuk."
Saidina Abu Bakar al-Siddiq sebelum bersamamu, aku tidak dapat mendekatinya, apalagi setelah berdampingan denganmu. Dia begitu percaya atas kebenaranmu hingga dia menjadi wazirul a'zam. Bahkan engkau sendiri telah mengatakan jika ditimbang seluruh isi dunia ini dengan amal kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan Abu Bakar. Tambahan pula dia telah menjadi mertuamu karena engkau menikah dengan anaknya, Saiyidatina Aisyah yang juga banyak menghafadz Hadits-haditsmu.
Saidina Umar Al-Khattab pula tidaklah berani aku pandang wajahnya karena dia sangat keras menjalankan hukum syariat Islam dengan seksama. Jika aku pandang wajahnya, maka gemetarlah segala tulang sendiku karena sangat takut. Hal ini karena imannya sangat kuat apalagi engkau telah mengatakan, "Jikalau adanya Nabi sesudah aku maka Umar boleh menggantikan aku", karena dia adalah orang harapanmu serta pandai membedakan antara kafir dan Islam hingga digelar 'Al-Faruq'.
Saidina Usman Al-Affan lagi, aku tidak bisa bertemu, karena lidahnya senantiasa bergerak membaca Al-Quran. Dia penghulu orang sabar, penghulu orang mati syahid dan menjadi menantumu sebanyak dua kali. Karena taatnya, banyak Malaikat datang melawat dan memberi hormat kepadanya karena Malaikat itu sangat malu kepadanya hingga engkau mengatakan, "Barang siapa menulis Bismillahir rahmanir rahim pada kitab atau kertas-kertas dengan dakwat merah, nescaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid."
Saidina Ali Abi Talib pun itu aku sangat takut karena hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat sopan santun, alim orangnya. Jika iblis, syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah kedua mata mereka karena dia sangat kuat beribadat serta beliau adalah golongan orang pertama memeluk agama Islam dan tidak pernah menundukkan kepalanya kepada sebarang berhala. Bergelar 'Ali Karamullahu Wajhahu' - dimuliakan Allah akan wajahnya dan juga 'Harimau Allah' dan engkau sendiri berkata, "Akulah negeri segala ilmu dan Ali itu pintunya." Tambahan pula dia menjadi menantumu, semakin aku ngeri kepadanya."

Pertanyaan Nabi (10) :"Bagaimana tipu daya engkau kepada umatku?"
Jawab Iblis:"Umatmu itu ada tiga macam. Yang pertama seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan yaitu ulama yang memberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah serta meninggalkan laranganNya seperti kata Jibril a.s, "Ulama itu adalah pelita dunia dan pelita akhirat." Yang kedua umat tuan seperti tanah yaitu orang yang sabar, syukur dan ridha dengan karunia Allah. Berbuat amal soleh, tawakal dan kebajikan. Yang ketiga umatmu seperti Firaun; terlampau tamak dengan harta dunia serta dihilangkan amal akhirat. Maka akupun bersukacita lalu masuk ke dalam badannya, aku putarkan hatinya ke lautan durhaka dan aku hela ke mana saja mengikuti kehendakku. Jadi dia senantiasa bimbang kepada dunia dan tidak hendak menuntut ilmu, tiada masa beramal ibadat, tidak hendak mengeluarkan zakat, miskin hendak beribadat.Lalu aku goda agar minta kaya dulu, dan apabila diizinkan Allah dia menjadi kaya, maka dilupakan beramal, tidak berzakat seperti Qarun yang tenggelam dengan istana mahligainya. Bila umatmu terkena penyakit tidak sabar dan tamak, dia senantiasa bimbang akan hartanya dan setengahnya asyik hendak merebut dunia harta, bercakap besar sesama Islam, benci dan menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk jalan maksiat, tempat judi dan perempuan lacur."

Pertanyaan Nabi (11) :"Siapa yang serupa dengan engkau?"
Jawab Iblis:"Orang yang meringankan syariatmu dan membenci orang belajar agama Islam."

Pertanyaan Nabi (12) :"Siapa yang mencahayakan muka engkau?"
Jawab Iblis:"Orang yang berdosa, bersumpah bohong, saksi palsu, pemungkir janji."

Pertanyaan Nabi (13) :"Apakah rahasia engkau kepada umatku?"
Jawab Iblis:"Jika seorang Islam pergi buang air besar serta tidak membaca doa pelindung syaitan, maka aku gosok-gosokkan najisnya sendiri ke badannya tanpa dia sadari."

Pertanyaan Nabi (14) :"Jika umatku bersatu dengan isterinya, bagaimana hal engkau?"
Jawab Iblis:"Jika umatmu hendak bersetubuh dengan isterinya serta membaca doa pelindung syaitan, maka larilah aku dari mereka. Jika tidak, aku akan bersetubuh dahulu dengan isterinya, dan bercampurlah benihku dengan benih isterinya. Jika menjadi anak maka anak itu akan gemar kepada pekerjaan maksiat, malas pada kebaikan, durhaka. Ini semua karena kealpaan ibu bapaknya sendiri. Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca Bismillah, aku yang dahulu makan daripadanya. Walaupun mereka makan, tiadalah merasa kenyang."

Pertanyaan Nabi (15) :"Dengan jalan apa dapat menolak tipu daya engkau?"
Jawab Iblis:"Jika dia berbuat dosa, maka dia kembali bertaubat kepada Allah, menangis menyesal akan perbuatannya. Apabila marah segeralah mengambil air wudhu', maka padamlah marahnya."

Pertanyaan Nabi (16) :"Siapakah orang yang paling engkau lebih sukai?"
Jawab Iblis:Lelaki dan perempuan yang tidak mencukur atau mencabut bulu ketiak atau bulu ari-ari (bulu kemaluan) selama 40 hari. Di situlah aku mengecilkan diri, bersarang, bergantung, berbuai seperti pijat pada bulu itu."

Pertanyaan Nabi (17) :"Hai Iblis! Siapakah saudara engkau?"
Jawab Iblis:"Orang yang tidur meniarap / telungkup, orang yang matanya terbuka (mendusin) di waktu subuh tetapi menyambung tidur lagi. Lalu aku lenakan dia hingga terbit fajar. Demikian jua pada waktu zuhur, asar, maghrib dan isya', aku beratkan hatinya untuk sholat."

Pertanyaan Nabi (18) :"Apakah jalan yang membinasakan diri engkau?"
Jawab Iblis:"Orang yang banyak menyebut nama Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang, banyak bertaubat, banyak tadarus Al-Quran dan sholat tengah malam."

Pertanyaan Nabi (19) :"Hai Iblis! Apakah yang memecahkan mata engkau?"
Jawab Iblis:"Orang yang duduk di dalam masjid serta beriktikaf di dalamnya"

Pertanyaan Nabi (20) :"Apa lagi yang memecahkan mata engkau?"
Jawab Iblis:"Orang yang taat kepada kedua ibu bapanya, mendengar kata mereka, membantu makan pakaian mereka selama mereka hidup, karena engkau telah bersabda, 'Syurga itu di bawah tapak kaki ibu'


Wassalam,
caknur

Manusia Saluran Pipa

Tahun 1801, di sebuah lembah di Italia
Pada jaman dahulu kala, ada dua orang saudara sepupu yang sangat ambisius. Yang pertama bernama Pablo, yang kedua Bruno. Mereka tinggal berdampingan di sebuah desa kecil di Italia.

Kedua orang itu merupakan anak-anak muda yang sangat berkualitas.
Mereka juga memiliki cita-cita yang tinggi.
Mereka juga sering berkhayal bagaimana kalau suatu hari nanti mereka menjadi orang terkaya di desanya. Keduanya merupakan orang yang sangat cemerlang dan amat tekun bekerja. Yang mereka perlukan adalah kesempatan.
Pada suatu hari kesempatan itupun datang. Kepala desa itu memutuskan untuk mempekerjakan dua orang untuk membawa air dari sungai ke sebuah penampungan air di tengah desa itu. Pekerjaan itu dipercayakan kepada Pablo dan Bruno.
Keduanya masing-masing membawa dua buah ember dan segera menuju ke sungai. Menjelang sore hari, keduanya telah mengisi penampungan air sampai mencapai sisi-sisi permukaannya. Ketua desa menggaji mereka masing-masing berdasarkan jumlah ember air yang mereka bawa.

Wah ini berarti cita-cita kita terkabul, seru Bruno.
Saya tidak bisa percaya bahwa kita bisa mendapat rezeki sebanyak ini.
Tapi Pablo tidak ingin yakin begitu saja.

Punggungnya nyeri dan kedua telapak tangannya lecet-lecet. Itu akibat ia membawa dua buah ember yang berat. Keesokan paginya, ia merasa takut saat harus pergi kerja. Karena itu, ia berpikir keras mencari akal bagaimana caranya membawa air dari sungai ke desanya.


Pablo, Manusia Saluran Pipa


“Bruno, saya punya rencana” kata Pablo keesokan harinya saat mereka mengambil ember-ember dan berangkat menuju ke sungai. “Daripada kita mondar mandir membawa-bawa ember hanya untuk mendapatkan beberapa penny per hari, kenapa kita tidak sekalian saja membuat sebuah saluran dari sungai ke desa kita”.
Bruno menghentikan langkahnya seketika.
“Saluran pipa! Ide darimana itu?” seru Bruno.
“Kita kan sudah mempunyai pekerjaan yang sangat bagus, Pablo. Saya bisa membawa seratus ember sehari. Dengan upah satu penny per ember, berarti penghasilan kita bisa satu dolar per hari. Saya akan menjadi orang kaya. Dan pada akhir minggu, saya bisa membeli sepatu baru. Pada akhir bulan, saya bisa membeli seekor sapi. Dan pada akhir bulan ke enam, saya sudah bisa membangun sebuah gubuk baru. Tidak ada pekerjaan semenguntungkan ini di desa ini. Pada akhir minggu kita dapat libur. Dan setiap tahun kita juga berhak cuti selama dua minggu dengan gaji utuh. Kita akan memiliki kehidupan yang layak. Jadi buang jauh-jauh pikiran untuk membangun saluran pipa itu.”

Tapi Pablo tidak mudah putus asa. Ia dengan sabar menerangkan tentang rencana pembuatan pipa salurannya kepada sahabatnya itu. Akhirnya Pablo memutuskan untuk bekerja paruh waktu. Ia tetap bekerja mengangkut ember-ember air. Separuh waktunya serta di akhir minggu, dia luangkan waktu untuk membangun saluran pipanya. Dari awal, dia sudah menyadari bahwa akan sangat sulit baginya untuk menggali saluran di tanah yang mengandung batu karang itu. Ia pun menyadari, lantaran upahnya itu berdasarkan jumlah ember yang diangkutnya, maka penghasilannya pun otomatis menurun. Dia paham benar bahwa dibutuhkan waktu satu tahun atau bahkan dua tahun, sebelum saluran pipanya bisa menghasilkan sesuatu yang berarti. Tetapi Pablo yakin akan impian dan cita-citanya. Karena itu, dia terus giat bekerja.


Saluran Pipa Dalam Proses


Bruno dan orang-orang desa yang lainnya mulai mengejek Pablo. Dia menyebutnya “Pablo si manusia saluran pipa”. Bruno yang berpenghasilan hampir dua kali lipat daripada Pablo, terus membangga-banggakan barang-barang baru yang telah berhasil dibelinya. Dia sudah membeli seekor keledai yang dilengkapi dengan sadel kulit yang baru. Dia memarkir keledai barunya di samping gubuk barunya yang terdiri dari dua lantai. Dia juga membeli baju-baju indah dan bisa makan mewah di kedai. Orang-orang di desa menyebutnya “Mr. Bruno”. Mereka selalu menyambutnya kalau dia mentraktir mereka minum-minum di bar dan ikut tertawa-tawa saat dia menceritakan lelucon-leluconnya.
Tindakan-tindakan Kecil Membuahkan Hasil Yang Besar
Sementara Bruno berbaring santai di hammock (jaring gantungan) di sore hari, pada akhir Minggu, Pablo terus saja menggali saluran pipanya. Pada bulan-bulan pertama, Pablo memang tidak bisa menunjukkan hasil dari usahanya. Pekerjaannya memang sangat berat. Bahkan lebih berat daripada pekerjaan Bruno. Karena Pablo juga harus bekerja pada malam hari, demikian pula di akhir minggu.
Tapi Pablo selalu mengingatkan pada diri sendiri bahwa cita-cita masa depan itu sesungguhnya dibangun berdasarkan pada perjuangan yang dilakukan hari ini. Dari hari ke hari dia terus menggali. Inci per inci …

“Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit”, katanya sambil bersenandung saat dia mengayunkan cangkulnya pada tanah yang mengandung batu karang. Dari satu inci kemudian menjadi satu kaki, kemudian menjadi 10 kaki, kemudian menjadi 20 kaki, lalu 100 kaki dan seterusnya……..
“Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian,” kata-kata itulah yang selalu dicamkan pada dirinya sendiri saat dia kembali ke gubuknya yang sederhana. Tubuhnya amat lelah setelah seharian bekerja. Dia sudah bisa memperkirakan keberhasilan yang akan dicapainya. Caranya adalah setiap hari dia menetapkan sasaran yang akan dicapainya hari itu. Lalu dia akan berusaha keras untuk mencapainya. Dia juga selalu yakin bahwa lama-kelamaan hasilnya dicapainya itu akan lebih besar daripada perjuangan yang dilakukannya.

“Fokuskan selalu pada imbalan yang akan diperoleh,” kata-kata itu senantiasa ia ulang-ulang saat dia pergi tidur. Sementara dari bar di desa itu terdengar gelak tawa mengiringinya ke alam mimpi.
“Fokuskan selalu pada imbalan yang akan diperoleh …”


Keadaan Menjadi Terbalik
Hari berganti bulan. Pada suatu hari, Pablo menyadari bahwa saluran pipanya sudah setengah jadi. Berarti, dia hanya perlu berjalan setengahnya dari jarak yang biasa dia tempuh untuk mengisi ember-embernya. Dan waktu yang tersisa, digunakannya untuk menyelesaikan saluran pipanya. Saat-saat penyelesaian saluran pipanya semakin mendekat.

Saat beristirahat, Pablo menyaksikan sahabatnya Bruno yang terus saja mengangkut ember-ember. Bahu Bruno tampak semakin lama semakin membungkuk. Dia menyeringai kesakitan, langkahnya semakin lamban akibat kerja keras setiap hari, Bruno merasa sedih dan kecewa karena dia menyadari bahwa dia “ditakdirkan” untuk terus mengangkut ember-ember setiap hari sepanjang hidupnya.
Dia semakin jarang bersantai-santai di tempat tidur gantungnya. Dia lebih sering terlihat di bar. Saat pengunjung bar melihat Bruno, mereka saling berbisik, “Nah, ini dia Bruno si manusia ember,” dan mereka tersenyum geli saat beberapa orang mabuk meniru postur tubuh Bruno yang sudah membungkuk dan cara jalannya yang terseok-seok. Bruno tidak lagi suka mentraktir minum teman-temannya atau menceritakan lagi lelucon-lelucon. Dia lebih suka duduk sendiri di sudut yang gelap ditemani botol-botol kosong di sekelilingnya.

Akhirnya, saat bahagia Pablo pun tiba. Saluran pipanya sudah rampung. Orang-orang desa berkumpul saat air mulai mengalir dari saluran pipanya menuju ke penampungan air di desa. Sekarang, desa itu sudah bisa mendapat pasokan air bersih secara tetap. Bahkan orang-orang yang semula tinggal di sekeliling desa tersebut sengaja pindah ke sana. Desa itupun kemudian terus tumbuh dan semakin makmur.

Setelah saluran pipa itu selesai, Pablo tidak perlu lagi membawa-bawa ember. Airnya akan terus mengalir, baik dia sedang bekerja maupun tidak. Air itu mengalir saat dia makan dan saat tidur. Air itu mengalir di akhir minggu ketika dia asyik bermain. Semakin banyak air yang mengalir ke desa itu, semakin banyak pula uang yang mengalir ke kantong Pablo.

Pablo yang tadinya terkenal dengan julukan Pablo si Manusia Saluran Pipa, sekarang menjadi lebih terkenal dengan sebutan Pablo si Manusia Ajaib. Tapi Pablo paham sekali bahwa apa yang dia capai bukanlah sebuah keajaiban. Hal ini hanyalah merupakan langkah awal dari pencapaian suatu cita-cita yang besar. Memang benar. Nyatanya Pablo memiliki rencana yang jauh lebih besar daripada yang dia sudah laksanakan di desanya.
Pablo berencana untuk membangun saluran pipa di seluruh dunia …


Mengajak Temannya Untuk Membantu
Saluran pipa membuat Bruno si Manusia Ember kehilangan pekerjaannya. Pablo merasa sangat prihatin melihat sahabatnya itu sampai harus mengemis-ngemis minuman di bar. Karena itulah Pablo berencana untuk menemui Bruno.
“Bruno, saya datang ke sini untuk meminta bantuanmu”
Bruno meluruskan bahunya yang bongkok. Matanya yang tampak kelam pun mengecil.
“Jangan menghina saya, ya” kata Bruno.
“Tidak, saya datang ke sini bukan untuk menghina kamu” kata Pablo. “Justru saya mau menawarkan peluang bisnis yang amat bagus. Dua tahun lamanya saya bekerja untuk bisa meyelesaikan pembangunan pipa saya yang pertama. Tapi, dalam masa dua tahun tersebut saya belajar banyak hal. Saya jadi lebih paham di tempat mana saja sebaiknya saya harus mencangkul dan menggali.

Saya juga mengerti dimana saja sebaiknya pipa-pipa itu harus dipasang. Dan selama saya bekerja, saya juga rajin mencatat mengenai semua itu. Oleh karena itu, sekarang ini saya sudah mampu mengembangkan suatu cara yang lebih baik untuk membangun saluran-saluran pipa lainnya.
Sebetulnya, bisa saja saya membangun saluran pipa itu sendirian dalam waktu setahun. Tetapi rasanya, untuk apa saya menghabiskan waktu satu tahun hanya untuk membangun satu saluran pipa itu. Rencana saya adalah mengajari kamu dan yang lain-lainnya cara-cara membangun pipa. Nantinya, kamu dan yang lain-lainnya itu mengajarkan lagi kepada orang-orang baru lainnya lagi. Begitulah seterusnya … sampai suatu saat nanti setiap desa di wilayah ini memiliki saluran pipa. Lalu saluran pipa ini menyebar ke setiap desa, di Negara kita. Dan bahkan akhirnya, pipa-pipa ini akan ada di setiap desa di seluruh dunia.”
“Coba saja kamu renungkan,” kata Pablo melanjutkan, “Kita nantinya bisa mengutip sejumlah uang untuk setiap gallon air yang dialirkan melalui saluran-saluran pipa air tersebut. Semakin banyak air yang mengalir melalui saluran-saluran pipa, semakin banyak yang akan masuk ke kantong kita. Pipa yang baru saya buat ini sebenarnya bukanlah akhir dari suatu cita-cita. Justru pipa saya itu merupakan awal dari cita-cita.”
Akhirnya Bruno menyadari juga betapa besar potensi bisnis yang ditawarkan sahabatnya itu. Dia tersenyum sambil mengasongkan tangannya yang lecet-lecet itu kepada sahabatnya. Mereka berjabatan tangan, kemudian berpelukan.

Peluang Usaha Saluran Pipa di Dunia Yang Didominasi Pembawa Ember.
Tahun-tahun pun berlalu. Pablo dan Bruno sudah lama pensiun. Usaha saluran pipanya yang mendunia terus saja mengalirkan ratusan juta dollar setahun melalui rekening bank mereka. Ketika mereka berjalan-jalan di desa, kadang-kadang mereka melihat beberapa pemuda. Mereka tampak sibuk mengangkut air dengan ember.

Kedua sahabat dari masa kecil tersebut lalu mengajak berbincang-bincang pemuda-pemuda tersebut. Mereka menceritakan kisah hidup mereka. Lalu merekapun menawarkan bantuan mereka untuk membangun saluran pipa. Tetapi hanya sedikit saja yang mau mendengarkan nasehat mereka dan bersedia meraih peluang untuk melakukan usaha di saluran pipa ini. Sedihnya, kebanyakan para pengangkut ember tersebut langsung menolak tawaran ini. Pablo dan Bruno juga sering sekali mendengar alasan-alasan yang mereka ungkapkan.
“Saya tidak ada waktu”
“Teman saya bilang bahwa dia kenal orang yang berusaha untuk membangun saluran pipa tetapi ternyata gagal.”
“Cuma mereka yang lebih dulu terjun di usaha saluran pipa ini yang akhirnya bisa sukses.”
“Saya tahu ada orang-orang yang akhirnya merugi gara-gara usaha saluran pipa. Saya tidak mau hal itu terjadi pada diri saya.”
Pablo dan Bruno benar-benar merasa prihatin bahwa banyak sekali orang yang tidak punya visi. Tetapi akhirnya mereka pasrah saja. Mereka sadar bahwa mereka hidup di dunia yang masih didominasi dengan mental pembawa ember tersebut. Hanya sedikit saja presentasinya orang-orang yang berani berambisi untuk mencapai kesuksesan melalui usaha saluran pipa.

Bagaimana Dengan anda?

KITA HIDUP DI DUNIA YANG DIDOMINASI DENGAN MENTAL PEMBAWA EMBER
Siapa Anda? … Seorang pembawa ember?
Ataukah seorang pembuat saluran pipa?
Apakah Anda hanya mendapatkan gaji kalau Anda datang ke tempat pekerjaan, seperti Bruno pengangkat ember?
Ataukah Anda termasuk orang yang bekerja hanya sekali saja kemudian Anda dibayar terus menerus, seperti Pablo pembuat saluran pipa???
Jika Anda termasuk orang kebanyakan, itu berarti Anda bekerja dengan menggunakan pola pembawa ember. Saya menyebutnya dengan istilah: JEBAKAN BARTER WAKTU DAN UANG.
Anda mungkin sudah paham maksudnya:
bekerja satu jam dibayar perjam
bekerja satu bulan dibayar per bulan
bekerja setahun dibayar per tahun pula
Logis kan?

Masalahnya, dengan sistem pembawa ember ini, masuknya uang akan berhenti saat kita menghentikan kegiatan membawa ember. Karena itu, konsep “pekerjaan yang mantap” yang didambakan semua orang tidak akan menjadi kenyataan disini. Bahaya yang jelas dari system pembawa ember ini adalah bahwa pendapatan kita itu hanya sementara alias tidak langgeng.
Kalau disuatu pagi Bruno bangun dan punggungnya terasa sakit sehingga dia tidak bisa bangkit dari tempat tidurnya, berapa uang yang akan dia dapatkan hari itu? NOL besar.
Jika tidak bekerja, otomatis uangpun tidak ada.
Hal ini sama juga dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang konsepnya seperti model pembawa ember itu. Biarpun mereka menggunakan enam hari kerjanya dan juga hari liburnya untuk bekerja, mereka tidak akan mendapat bayaran, seandainya mereka kemudian tidak bisa bekerja lagi. Titik !!


Seorang Dokter Gigi Tidak Lagi Bisa Membawa Ember

Kisah berikut ini adalah contoh kisah nyata yang sering kita jumpai. Ada seorang dokter gigi, dia sangat professional dan memiliki sikap yang sangat baik pula. Kepribadiannya luar biasa. Dia juga seorang tehnisi yang amat hebat. Karena itu setiap kita berobat, kita tidak akan pernah merasa sakit sama sekali. Selain itu, dia juga sangat menyukai pekerjaannya itu. Hebatnya, dia juga bisa mengatur jadwalnya (hanya buka tiga hari seminggu, sehingga bisa meluangkan empat hari untuk keluarganya).
Penghasilannya banyak sekali. Pekerjaan seperti itu kelihatannya merupakan pekerjaan model pembawa ember yang diidam-idamkan semua orang. Itupun kalau jenis ini memang ada.
Tapi masalah pun datang. Sebelum ia mencapai usia empat puluh tahun, dia menderita penyakit radang sendi di tangannya. Akibatnya, dia tidak bisa lagi bekerja. Kini dia mengajar di universitas setempat. Pendapatannya hanya sepertiga dari pendapatan seorang dokter gigi. Walaupun bukan kesalahan dia, yang jelas pekerjaan idaman itu lenyap sudah.

Mudah-mudahan sekarang anda paham, mengapa tadi saya bilang tidak ada pekerjaan model pembawa ember yang betul-betul aman. Anda juga akan sadar betapa rawannya pekerjaan model pembawa ember ini.
Masalah dengan Jebakan Barter Waktu dengan Uang ini adalah, bahwa kalau kita tidak bisa membarterkan waktu kita, maka kita tidak akan mendapatkan uang.
Pablo, si Manusia saluran Pipa, jauh hari sudah menyadari betapa terbatasnya sistem bekerja model pembawa ember itu. Karena itulah dia langsung berpikir untuk menciptakan suatu sistem yang memungkinkan dia untuk terus mendapatkan bayaran.
Pablo memahami benar bahwa tidak ada jaminan sama sekali dalam pekerjaan model pembawa ember. Dia sadar bahwa saluran pipa merupakan saluran kehidupan kita.

Apakah yang Akan Terjadi Kalau Anda Tidak Lagi Bisa Membarterkan Waktu Anda?
Bagaimana dengan anda sendiri? Anda mau apa kalau besok penghasilan anda terhenti?
Apa yang terjadi kalau anda dipecat?
Apa yang terjadi kalau kemudian anda sakit atau cacat sehingga tidak bisa membawa ember lagi?
Bagaimana seandainya perawatan kesehatan yang mendadak yang harus anda jalani menghabiskan uang tabungan Anda?

Apa yang terjadi bila uang tabungan Anda itu langsung menguap dalam semalam?
Kalau penghasilan Anda berhenti besok, untuk berapa lama Anda bisa membayar hipotik Anda, cicilan mobil Anda, ataupun untuk biaya sekolah anak-anak Anda? Enam bulan? Tiga bulan? Atau tiga minggu?

Kalau ada bencana yang menimpa, apakah Anda memiliki saluran kehidupan yang bisa melindungi Anda dan keluarga Anda? Atau Anda hanya sekedar untung-untungan dan menganggap bahwa dengan bekerja dengan membawa air itu berarti penghasilan Anda akan datang terus menerus tanpa henti selama Anda perlukan?
Jelasnya, apakah Anda bekerja sebagai penyapu jalan, atau bekerja sebagai pengumpul kertas atau mempunyai profesi tertentu, tetap saja Anda membarterkan antara satuan waktu dengan satuan uang.
Apakah dengan cara demikian Anda akan aman??

Dengan Saluran Pipa Ibaratnya Sambil Anda Berdendang Uang Datang
Seperti yang dikatakan oleh Pablo, “ Pasti ada jalan yang lebih baik.” Dan kebetulan memang benar ada.
Namanya adalah : SALURAN PIPA. Yaitu penghasilan yang datang terus menerus dan tetap akan datang, baik Anda membarterkan waktu Anda maupun tidak Jadi, satu-satunya jalan untuk menciptakan keamanan yang sesungguhnya adalah seperti yang dilakukan Pablo; yakni: Membangun Saluran Pipa saat Anda masih bekerja sebagai pembawa ember.

Saluran pipa adalah saluran kehidupan. Pasalnya, Saluran Pipa tersebut memungkinkan manusai terlepas dari Jebakan Barter Uang dan Waktu. Dengan membangun sebuah Saluran Pipa, Anda cukup mengerjakan pekerjaan sekali saja, tetapi Anda akan dibayar dibayar terus-menerus.

Saluran pipa itu juga selalu tersedia selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan 365 hari setahun. Jadi artinya, saluran pipa ini akan memberikan Anda penghasilan walaupun Anda sedang tidur atau Anda sedang main. Penghasilan ini juga akan Anda terus peroleh setelah Anda pensiun, pada saat Anda sedang sakit atau cacat sehingga tidak bisa bekerja, dan juga dalam situasi darurat.

Inilah rupanya yang disebut dengan kekuatan penghasilan yang berkesinambungan.
Karena itulah saya katakan bahwa:
Pipa Saluran merupakan Saluran Kehidupan.

Saluran Pipa = Saluran Kehidupan

Kita hidup di Sebuah Dunia Yang Didominasi Dengan Mental Pembawa Ember
Kebanyakan orang telah salah langkah. Mereka lebih senang bekerja dengan membawa ember daripada bekerja dengan membangun saluran pipa. Kita perhatikan bahwa 99% orang umumnya bekerja dengan membawa ember-ember tersebut. Sehingga wajar saja kalau kita mengira bahwa bekerja membawa ember itu merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan dalam kehidupan ini.


Pembawa Ember vs Pembuat Saluran Pipa

Karenanya tidak mengherankan kalau Bruno begitu sulit memahami kehebatan saluran pipa ini.
Memang benar bahwa sebagian besar orang itu berpikiran seperti Bruno. Kita hidup di dunia yang dipenuhi para pengangkut ember yang hidup miskin. Sehingga, wajarlah kalau kita menganggap bahwa memang begitulan kehidupan di dunia ini. Hal ini mengingatkan kita pada sebuah stiker yang berbunyi:
100.000 tikus tidak mungkin salah.
Orangpun berpikiran yang sama tentang pekerjaan pembawa ember ini, … kalau ada seratus orang yang bekerja membawa ember, tentunya mereka tidak mungkin salah langkah … Tapi ternyata mereka bisa salah juga.


Masuk Dalam Dunia Pembawa Ember
Mari kita amati kenyataan yang ada sekarang ini. di dunia ini, jumlah orang yang menjalankan pekerjaan model pembawa ember jauh lebih banyak daripada yang membangun saluran-saluran pipa.
Mengapa demikian?
Pasalnya, pekerjaan membawa ember itu ditiru oleh orang-orang tua kita dari kakek atau nenek kita. Lalu ayah dan ibu kita menularkan pula pada kita. Model pembawa ember ini telah sangat meyakinkan kita bahwa cuma model inilah yang harus kita ikuti kalau kita ingin maju.
Ayo ke sekolah!! Belajarlah cara-cara mengangkat ember!! Coba giat bekerja! Usahakan dalam dunia kerja nanti kamu mendapat posisi sebagai pembawa ember yang besar. Keluar saja dari perusahaan model pembawa ember A, lalu pindah ke perusahaan pembawa ember B, agar kamu bisa membawa ember-ember yang lebih besar. Tambah jam kerja kamu agar bisa membawa lebih banyak lagi ember. Masukkan anak-anak kamu ke sekolah yang mengajarkan cara-cara membawa ember. Coba ganti profesi!! Kalau sekarang kamu membawa ember kaleng, coba tingkatkan agar bisa menjadi pembawa ember plastik, dan kalau mungkin … ember digital! Kamu boleh berhenti bekerja kalau sudah masa pensiun nanti. Sebelum itu, kamu harus terus giat bekerja. Ayo! Angkut terus ember-ember itu!
Apa yang didapatkan oleh para pengangkut ember atas kerja keras mereka itu? Yang memprihatinkan, ternyata yang mereka peroleh amat sedikit.

Barisan Para Pembawa Ember
Apa yang dilakukan oleh seorang pembawa ember kalau ingin berpenghasilan lebih? Berhubung sudah terlanjur mempunyai mentalitas pembawa ember, tentunya cara mencari jalan keluarnya juga khas pembawa ember. Kalau ingin berpenghasilan lebih, angkut saja lebih banyak ember-ember.
“Selain pekerjaan yang sekarang, saya ingin kerja paruh waktu. Saya bisa membawa ember di malam hari dan di hari libur”, kata seorang ayah. Pembawa Ember.
“Saya akan kembali lagi ke pekerjaan lama sebagai pembawa ember yang sempat saya tekuni waktu anak-anak belum lahir”, kata Ibu Pembawa Ember.
“Anak-anak juga bisa bekerja sebagai pembawa ember setelah pulang sekolah”, kata orang tua Pembawa Ember.
Apakah pola meningkatkan penghasilan dengan cara membawa lebih banyak lagi ember itu bisa effisien? Jawabannya adalah: TIDAK.
Kalau begitu, apa yang menyebabkan munculnya gambaran di atas?

Kekeliruan Dalam Hal Membawa Ember-ember Yang Lebih Besar
Para pembawa ember itu berpikiran, dengan membawa ember yang lebih besar mereka akan mendapatkan penghasilan yang lebih besar pula. Oleh karena itu, para pembawa ember ini meyakinkan dirinya sendiri bahwa segalanya akan beres kalau mendapat pekerjaan yang memungkinkan mereka membawa ember-ember yang lebih besar.

Para pembawa ember ini selalu saja ingin tahu berapa penghasilan orang-orang lain yang juga sama-sama bekerja sebagai pembawa ember.
Misalnya Anda adalah seorang juru masak, seorang wiraniaga, atau seorang tukang pos. Mungkin Anda akan melirik penghasilan tahunan dari seorang pengacara atau seorang dokter. Boleh jadi Anda akan berpikir, “Wah, seandainya saya bisa berpenghasilan seperti itu, tentu saya tidak lagi punya masalah keuangan. Saya tidak perlu lagi sampai tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan berbagai pengeluaran yang harus dibayarkan.”


Penghasilan Pembawa Ember

Memang benar, ember seorang dokter itu jauh lebih besar daripada yang dibawa oleh seorang juru masak. Jumlahnya bahkan 10 kali lebih besar. Tapi tidak berarti bahwa seorang dokter itu tidak tergantung secara keuangan. Tingkat ketergantungannya kepada pekerjaan jenis pembawa ember itu sama saja dengan juru masak ataupun tukang pos.
Mengapa demikian? Jawabannya mudah saja. Memang benar para professional itu berpenghasilan lebih banyak daripada orang rata-rata. Tetapi, masalahnya kebutuhan mereka juga lebih besar.
Para dokter atau para pengacara yang berpenghasilan besar itu menghabiskan sebagian dari penghasilannya itu untuk menunjang gaya hidup mereka yang tinggi.

Sekarang, coba kita bandingkan pengeluaran seorang pekerja rata-rata dengan pengeluaran dari para professional:

Pekerja rata-rata memiliki mobil bekas
Para dokter dan pengacara memiliki mobil mewah
Pekerja rata-rata menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah umum yang gratis.
Para dokter dan pengacara menyekolahkan anak-anaknya di sekolah swasta yang mahal.
Pekerja rata-rata memiliki rumah sederhana
Para dokter dan pengacara memiliki rumah mewah
Pekerja rata-rata makan di Pizzsa Hut seminggu sekali.
Para dokter dan pengacara makan di luar dua kali seminggu di restoran-restoran yang mewah.

Itulah gambaran situasinya.
Orang sering merasa iri kepada dokter, pengacara atau akuntan karena mereka bisa membawa ember yang besar sekali. Memang benar, ember yang dibawa oleh seorang dokter itu bisa jadi 10 kali lebih besar daripada yang bisa dibawa oleh seorang juru masak. Tetapi, seorang dokter juga membelanjakan 10 kali lebih banyak. Mereka juga akhirnya kembali pada pola yang sama. Yaitu, hidup dari gaji ke gaji.

Mula-mula, mereka mengira bahwa orang-orang yang bisa memiliki mobil mewah dan mampu hidup di rumah-rumah yang mewah adalah orang-orang yang kaya raya.
Tetapi, ternyata ini adalah perkiraan yang keliru!!

“Banyak orang yang menyalah artikan tentang kekayaan. Kekayaan itu tidak sama dengan penghasilan. Jika Anda memiliki penghasilan yang besar setiap tahunnya dan kemudian menghabiskan semuanya, tidak berarti Anda makin kaya. Itu hanya berarti bahwa Anda hidup dengan standar yang tinggi. Kekayaan adalah uang atau benda yang Anda peroleh dan bukan benda atau uang yang Anda keluarkan.
“Bagaimana Anda bisa menjadi kaya?
Dalam hal inipun banyak orang yang keliru. Kebanyakan orang berpikir bahwa kekayaan itu bisa dihasilkan karena keberuntungan, warisan, pendidikan yang tinggi dan kecerdasan yang memungkinkan kita bisa mengumpulkan kekayaan.
Sebetulnya, kekayaan itu adalah hasil dari kerja keras, keuletan, perencanaan, dan yang utama: disiplin diri.

Dengan kata lain, ember-ember itu walau bagaimanapun besarnya, lama-lama juga akan kering. Sementara saluran pipa itu bekerja dengan memasok diri sendiri. Tetapi, untuk memperoleh saluran pipa diperlukan pengorbanan. Saluran-saluran pipa itu tidak membangun diri sendiri. andalah yang harus meluangkan waktu dan berusaha membangunnya.



Ember Yang Lebih Besar Tidak Menyelesaikan Masalah
Setiap orang memang selalu berkeinginan untuk memperbesar ukuran ember-embernya. Tentunya tidak ada seorangpun yang akan menolak jika gaji tahunnya dinaikkan. Semua orang pasti menerima dengan suka hati kalau ditawari pekerjaan yang lebih baik dengan penghasilan yang lebih besar. Kalau pekerjaan membawa ember itu merupakan satu-satunya sumber penghasilan Anda, anjuran saya, bawalah ember-ember paling besar yang mampu Anda bawa.
Sangat wajar kan?
Tetapi kenyataannya pekerjaan membawa ember itu tidak akan pernah membuat Anda bebas dari masalah keuangan. Pekerjaan membawa ember tidak akan membuat keluarga Anda aman dan tenang, bagaimanapun besarnya ember-ember yang mampu Anda bawa.
Mengapa demikian?
Karena selama Anda membawa ember-ember itu, Anda wajib datang ke tempat pekerjaan dan melakukan pekerjaan Anda kalau mau mendapat gaji. Kalau Anda berhenti bekerja dan tidak lagimengangkut ember-ember itu, saat itu juga uang tidak datang lagi.

· Sakit atau Cacat
· PHK
· Pensiun

Karena banyak orang tidak mau membangun saluran pipa saat dia masih bekerja sebagai pembawa ember, ketika embernya mengering, gaya hidupnya pun ikut mengering.

SALURAN PIPA MERUPAKAN SALURAN KEHIDUPAN KITA
APAKAH ANDA SEKARANG SUDAH MULAI MEMAHAMI ARTINYA???

Jika Anda berminat akan informasi lebih lanjut/memiliki buku The Parable of the Pipeline; silakan kontak kami:

Disarikan dari buku : The Parable of The Pipeline
Cara Membangun Saluran Pipa Yang Berisi Penghasilan Berkesinambungan Era Ekonomi Baru
Karangan: Burke Hedges
Pengarang Buku Laris Bertaraf International “DREAM.BIZ.COM”


Wassalam,
caknur

Senin, 18 Februari 2008

Bung Karno Sebagai Pemikir Islam

Oleh : M. Dawam Rahardjo

Bung Karno adalah seorang Muslim dan di Timur Tengah diakui sebagai seorang pemimpim Muslim. Tapi di Indo nesia, ia lebih dianggap sebagai seorang pemimpin nasionalis, dari pada seorang pemimpimpin Muslim. Hal ini berbeda dengan anggapan terhadap Dr. Sukiman Wirjosandjojo umpamanya. Karena namanya tercantum dalam entry Ensiklopedia Islam. Barangkali karena Dr. Sukiman adalah seorang tokoh partai Islam, Ketua Umum Par-tai Masyumi yang pertama, sedangkan Bung Karno sendiri dianggap sebagai pendiri Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berhaluan nasionalis. Karena itu tidak salah untuk menyebut Bung Karno sebagai seorang nasionalis, katimbang seorang pemimpin Muslim, seperti Mohammad Natsir. Itulah maka Mohammad Hatta, juga lebih dianggap sebagai seorang nasionalis, walaupun Hatta banyak menulis mengenai Islam.

Di mata para pengritiknya dari kalangan politisi Islam, kata Bambang Noorsena (2001), Bung Karno bukan sosok seorang Islam santri. Itulah saebabnya ia tidak diakui sebagai seorang pemimpin Islam.

Bung Karno tak kalah banyaknya menulis tentang Islam, bahkan ia lebih banyak menulis dan berpidato mengenai Islam, yang mengeluarkan pemikiran-pemikiran keislaman, katimbang Dr. Sukiman yang justru lebih banyak berbicara mengenai nasionalisme Indonesia. Karena itu dari sudut sejarah perlu dipertambangkan kembali kedudukan Bung Karno sebagai, paling tidak, seorang pemikir Muslim, yang turut menyumbang, secara cukup berarti, dalam wacana keislaman. Bahkan Bung Karno boleh di bidang telah berjasa sangat besar dalam da'wah Islam.

Tidak banyak yang tahu, bahwa Bung Karno, adalah orang kunci dalam berdirinya Masjid Salman di kampus ITB. Pada suatu waktu, panitia pendirian masjid Salman pada tahun 1960-an, telah gagal menempatkan pembangunan masjid tersebut di dalam kampus. Tapi tiba-tiba Bung Karno menanyakan status rencana pembangunan tersebut dan menanyakan pula gambarnya dan memanggil panitia pembangunan. Setelah berdiskusi dan memberi komentar, maka ia menulis dalam rancana itu aku namakan masjid ini Masjid Salman, dengan inisial Soek.

Itu berarti Bung Karno selaku Presiden RI, telah menyetui pendirian sebuah masjid di kampus. Padahal, pihak rektorat telah menolaknya yang meminta agar masjid tersebut dibangun di luar kampus. Dengan demikian, maka Salman adalah masjid kampus di universitas negeri yang pertama di Indonesia, yang baru kemudian diikuti dengan berdirinya masjid Arief Rahman Hakim, di kampus UI, Salemba, masjid Salahuddin, di kampus UGM atau masjid Raden Patah, di kampus Universitas Brawijaya. Selanjutnya pendirian masjid kampus itu diikuti oleh hampir semua universitas yang memiliki kampus. Masjid model Salman ini mengikuti visi masjid modern yang tidak saja merupakan pusat ibadah (tempat sholat saja), tetepi juga pusat kebudayaan dan kegiatan da'wah di ka langan terpelajar, khususnya mahasiswa.

Pemberian nama Salman tidak pula sembarangan. Ini mencerminkan pengetahuan Bung Karno mengenai Islam. Dalam sejarah Islam, sahabat Salman dari Parsi, dianggap sebagai seorang arsitek, yang mengusulkan dan memimpin pembangunan benteng berupa parit dalam Perang Chandaq (Perang Parit). Interpretrasi historis terhadap tokoh Salman ini diterima oleh kalangan cendekiawan maupun ulama dan menjadi interpretrasi populer yang diucapkan dalam ceramah-ceramah dan khutbah-khutbah jum'at dalam wacana da'wah. Sejak munculnya nama Salman sebagai arsitek sahabat Nabi, maka profesi arsitek Muslim diakui dan menjadi populer. Pola arsi-tektur masjid modern, juga berkembang, walaupun juga berkat kreativitas Ir. Noekman, yang sangat dikenal sebagai arsitek Muslim dari Masjid Salman ITB. Dalam kaitan ini, tidak bisa dilupakan, bahkan Bung Karno sen diri adalah seorang arsitek.

Tapi jasa Bung Karno sebagai pemikir budaya tidak sampai di situ. Ia menerima pula ide Haji Agus Salim, yang dijulukinya The Grand Old Man,julukan itu juga diterima dan menjadi populer dalam wacana gerakan Islam di Indonesia , walaupun Haji Agus Salim pernah memberikan kritik tajam terhadap gagasan nasionalisme Bung Karno, untuk membangun Masjid Baitul Rahim, sebuah masjid di halaman istana negara dengan arsitektur yang indah, yang seringkali dibandingkan dengan gereja. Visi Bung Karno tentang masjid mencapai puncaknya dengan pendirian masjid Istiqlal, yang merupakan pengakuan terhadap jasa umat Islam dalam perjuangan kemerdekaan, karena Istiqlal artinya adalah kemerdekaan, yang arsteknya adalah seorang Nasrani, Ir. Silaban. Itu semua mencerminkan pandangan keagamaan Bung Karno yang luas dan terbuka. Sulit menemukan pandangan seorang pemikir Muslim yang se liberal Bung Karno.

Namun demikian, Bung Karno tetap saja tidak diakui sebagai seorang pemimpin Islam atau pemimpin umat Islam dan juga tidak diakui sebagai seorang pemikir Islam. Atau dalam rumusan yang lebih kena, seperti kata Bambang Noorsena, para pengritiknya dari kalangan politisi Islam, meragukan kemurnian keislaman Bung Karno. Syed Husein Alatas, seorang sosiolog Malaysia, yang lama mengajar di Universitas Singapore, pernah menulis buku tentang Islam dan Kita, dan dalam buku itu ia menampilkan empat tokoh nasional Indonesia dan kaitannya dengan Islam. Di situ ia menyebut Bung Karno sebagai seorang pemimpin Muslim namun tidak memiliki komitmen perjuangan Islam dan bahkan secara politis menantang Islam. Tokoh yang disebutnya pemimpin Islam yang ideal adalah Syafruddin Prawiranegara, seorang terpelajar yang mempunyai pemikiran tentang Islam dan memiliki komitmen pula terhadap gerakan dan politik Islam. Ada dua orang tokoh lagi yang ia bahas, yaitu Sutan Syahrir dan Tan Malaka. Syahrir adalah seorang yang lahir dari keluarga Muslim di Minangkabau, tempat kelahiran banyak pemimpin Islam, antara lain Haji Agus Salim dan Mohammad Natsir, tetapi ia ketika telah menjadi pemimpin telah tercerabut (uprooted) dari lingkungan masyarakatnya dan menjadi tak acuh (indefferent) ter-hadap Islam. Sedang Tan Malaka adalah seorang yang masih mengaku Muslim, mempunyai pengetahuan dan pemi-kiran menganai Islam, tetapi pada dasarnya ia adalah seorang komunis yang ingin memperalat Islam dan kaum Muslim untuk mencapai tujuan perjuangan komunisme di Indonesia.

Bung Karno, sebagai seorang Muslim adalah kebalikan dari Syahrir. Ia memang berasal dari keluarga abangan dan baru pada umur 18 tahun berkenalan dengan Islam. Namun kemudian ia berkembang menjadi seorang Muslim, walaupun belum bisa atau mungkin juga tidak mau disebut santri. Walupun begitu, orang seperti A. Hassan atau Mohammad Natsir, tidak meragukann keyakinannya terhadap Islam. Barangkali ia tepat disebut sebagai seorang muslim marginal.

Ada beberapa faktor yang membentuk persepsi orang terhadap Bung Karno. Pertama ia dianggap memiliki latar belakang dan masih dipengaruhi agama Hindu dan Buddha, atau mungkin masih dipengaruhi oleh apa yang disebut oleh antropolog Clifford Geertz, agama Jawa. Ajaran pewayangan masdih nampak mempengaruhinya, walaupun ia adalah seorang yang mendapatkan pendidikan modern Barat. Kedua, ia sering menyatakan dirinya sebagai penganut Marxisme atau paling tidak mempergunakan (sebagian) teori Marxis dalam analisis-analisis nya Dalam suatu rekaman wawancara yang diberi judul Tabir adalah lambang Perbudan (Panji Islam, 1939), ia pernah berkata dengan bangga:
Saya adalah murid dari Historische School van Marx. Pernyataan ini sangat berani, karena pengakuannya itu dikeluarkan justru ketika ia sedang berebicara mengenai Islam , khususnya pandangan Islam mengenai perempuan. Tulisan-tulisannya memang menunjukkan bahwa ia sering mempergunakan metode Marx (walaupun ada yang menilai ia kurang atau salah memahami metode ilmiah Marx).

Ia bahkan mengemukakan gagasannya mengenai Marheinisme yang dikatakannya sebagai Marxisme yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia, walaupun menurut ahli sejarah Lereissa, pahamnya itu sesungguhnya dipengaruhi oleh pandangan seorang Marxis Rusia, Bakunin. Ketiga, pandangan-pandangan Bung Karno sering berlawanan atau mendapat kritik tajam d ari pemikir-pemikir Islam terkemuka, seperti Haji Agus Salim, A. Hassan dan Mohammad Natsir. Faktor-faktor itu semua ikut mereduksi citra Bung Karno sebagai pemikir Islam.

Buku Religi dan Religiousitas Bung Karno karya Bambang Noorsena yang memiliki latar belakang keyakinan Kristen Siria, ikut menjauhkan Bung Karno dari citranya sebagai seorang Muslim sejati. Paling tidak dikesankan dengan cukup meyakinan, bahwa paham tauhid yang dianut Bung Karno tidak murni, setidak-tidaknya me-nurut paham Islam ortodoks. Disebutkan bahwa bahwa Bung Karno tidak bertolak dari keluarga Muslim, bahkan pada masa praremajanya dibesarkan dalam suasana Hinddu-Buddha atau agama Jawa menurut pengartian Geertz. Dikatakan pula bahwa Bung Karno pernah menyebut dirinya seorang panteis-monoteis atau paham wahdatul-wujud. Konon, menurut Bambang Noorsena, Bung Karno pernah mengaku kepada Louis Fischer, penulis biografi Mahatma Gandhi, bahwa ia adalah sekaligus seorang Islam, Kristen dan Hindu. Dergan perkataan lain, ia adalah seorang sinkretis. Itu semua manjauhkan citra Bung Karno sebagai seorang santri atau seorang Mu-slim dalam ukuran ortodoks. Tentang hal ini Noorsena mengatakan bahwa spiritualitasnya yang `melintas batas' (passing over) agama-agama itu justru meneguhkan anggapan sementara orang bahwa Sukarno menempuh jalan sufi. Itu semua telah mereduksi citra Bung Karno sebagai seorang Muslim.

Padahal, Bung Karno, di lain pihak, pernah mendapatkan gelar doktor honoris causa di bidang tauhid, oleh sebuah lembaga pendidikan agama yang prestisius, IAIN Syarif Hidayatullah, bahkan juga mendapat gelar honoris causa di bidang filsafat oleh Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Gelar itu tidak mungkin diberikan oleh sebuah universitas Islam seperti Al Azhar, jika lembaga itu meragukan iman Bung Karno dalam ketauhidan.

Pada waktu muda, Bung Karno pernah menjadi anggota Sarekat islam dan Partai Sarekat Islam. Memang ia kemudian keluar dari partai itu dan mendirikan sendiri PNI bersama-sama dengan kawan-kawan nasionalis yang sepaham yang menganut aliran nasionalis sekuler. Tapi ia tetap mempertahankan citranya sebagai seorang Muslim, antara lain dengan bergabung dengan Muhammadiyah, sebuah organisasi yang berfaham tauhid keras (hard tauhid). Ia bahkan aktif sebagai anggota pengurus lokal, ketika berada dalam pembuangannya di Berkulu. Sebagai anggota dan aktivis Muhyammadiyah, Bung Karno pernah mengeluarkan semboyan yang kemudian menjadi sangat populer dan menjadi semboyan semua anggota Muhammadiyah, yaitu Sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah. Konon ia pernah berwasiat, jika meninggal dunia, ia diusung dalam keranda yang di-tutup dengan bendera Muhammadiyah. Soekarno muda memang banyak berkenalan dan dipengaruhi oleh Islam aliran Persatuan Islam yang diasuh oleh A. Hassan, dimana seorang pemimpin Islam terkemuka, Mohammad Natsir dididik. Ia pernah pula mengaku tertarik dan belajar banyak dari pemikiran Ahmadiyah. Tapi pilihan ter-akhirnya adalah Muhammadiyah yang beraliran sebersih-bersih tauhid.

Menurut riwayat, Bung Karno mulai belajar Islam secara serius, ketika ia meringkuk di penjara sukamiskin, Bandung, dari mana ia membaca terbitan-terbitan Persatuan Islam, yang kini mungkin disebut sebagai aliran fundamentalisme Islam, sebagaimana Al Islam, Solo, dimana M. Amien Rais pernah lama belajar. Kegiatan belajarnya makin intensif ketika ia berdiam di Endeh, Flores. Di situ dan pada waktu itulah ia berkorespondensi dengan A. Hassan, pemimpin lembaga pendidikan Persatuan Islam yang mula-mula berpusat di Bandung tapi kemudian berpindah ke Bangil, Jawa Timur hingga sekarang ini yang dikenal sebagai penerbit majalah Al Mu-slimun.

Tapi, sebelum masa Surat-surat dari Endeh itu, Soekarno muda sudah memiliki persepsi tenhtang Islam, yang agaknya ia peroleh dari guru dan sekaligus mertuanya, H.O.S. Tjokroaminoto. Persepsinya mengenai Islam ada-lah, bahwa Islam adalah sebuah agama yang sederhana, rasional dan mengandung gagasan kemajuan (idea of pro-gress) dan egaliter. Islam sebagai agama (dengan semangat) kemajuan, pertama-tama dikemukakan oleh Tirto adisoerjo, pendiri Sareket Priyayi (1906) dan Sarekat Dagang Islam (SDI), Bogor-Jakarta (1909). Dalam perjala-nannya mencari Islam itu, Bung Karno permah dituduh ikut dan menjadi propagandis aliran Ahmadiyah. Ia meno-lak keras tuduhan itu, tetepi ia mengaku banyak tertarik oleh literatur Ahmadiyah, terutama karya-karya Mohammad Ali dan Chawadja Kamaloedin, yang membawakan tafsiran-tafsiran rasional atas Islam. Sokarno me-mang tidak bisa membaca bahasa Arab, karena itu Islam dipelajarinya dari tulisan-tulisan berbahasa Belanda, Inggris dan Jerman yang dikuasainya. Pertemuannya dengan aliran Ahmadiyah itu agaknya diterimanya dari Tjokro aminoto yang juga mempelajari Islam dari bahasa belanda dan Inggris, termasuk terbitan-terbitan Ahmadiyah.

Dari situlah Soekarno muda memiliki persepsi tentang Islam sebagai agama rasional, sebagaimana dibawakan oleh aliran Ahmadiyah. Ia juga tertarik kepada aliran Mu'tazilah yang menamakan dirinya aliran tauhid dan keadilan (ahl al tauhid wa al adalah). Ia juga mengenal filsuf-filsus Muslim pada Abad Pertengahan, seperti Ibn Sina dan Ibn Rusyd. Karena itu maka ketika ia memperdalam tentang Islam, ia merasa memiliki pandadangan dan tafsiran tersendiri tentang Islam.

Di balik perhatiannya terhadap islam sebagai ajaran, Soekarno muda sebenarnya menaruh perhatian terhadap masyarakat Islam atau kondisi umat Islam, dalam konteks kolonialisme dan imperialisme. Di samping ingin memperdalam ajaran-ajaran Islam, baik dari segi ibadah maupun siyasah (politik) dan mu'amalah (sosial-ekonomi), Soekarno menaruh perhatian terhadap aspek masyarakat dan paham-paham keagamaannya. Dalam melihat segi-segi kemasyarakatan, Soekarno yang terlibat dan memimpin pergerakan nasional dan mempelajari ilmu-ilmu sosial dan sejarah, termasuk membaca karya-karya Karl Marx, merasa kecewa dan tidak menyetujui paham-paham Islam tradisional. Soekarno muda, walaupun masih dan ingin belajar tentang Islam, namun sudah berani menya-takan pendapat-pendapatnya yang kritis.

Soekarno muda yang sangat energetik itu, menyerang doktrin taklid dan sikap menutup pintu ijtihad. Ia menan-tang kekolotan, ketakhayulan, bid'ah dan anti-rasionalisme yang dianut oleh masyarakat Muslim Indonesia. Ia berpendapat, bahwa Islam telah disalah-tafsirkan, karena umat Islam dan para ulamanya lebih percaya dan berpedoman kepada hadist-hadist dan pendapat ulama, dari pada berpedoman kepada al Qur'an. Ia pernah meminta kiriman buku kunpulan hadist Bukhari, karena ia mencurigai beredarnya hadist-hadist palsu yang bertentangan dengan al Qur'an. Di sini Soekarno muda sudah memasuki pemikiran kritik hadist, yang hanya baru-baru ini saja menjadi perhatian studi akademis. Pandangan Soekarno itu memang tidak baru, karena tema-tama itulah yang telah dibawa oleh gerakan Muhammadiyah yang beraliran moderbis. Karena itu, maka Soekarno muda sebenar-nya adalah penganut paham Islam modernis.

Namun seringkali ia mempunyai paham yang lebih maju, yang mendahului zamannya atau lebih maju dari pandang an pemikir-pemikir Muslim terkemuka pada waktu itu. Misalnya saja, ia menfanjurkan dipakainya metode materialisme-historis yang diajarkan oleh Marx dalam mempelajari npaham-paham keagamaan ketika itu. Ia melihat bahwa paham-paham Islam yang dianggapnya keliru itu dipengaruhi oleh kondisi masyarakat, khususnya stelsel ekonomi. Ia mengikuti paham bahwa bukan kesadaran yang menentukan keadaan, tetepi sebaliknya, keada-anlah yang menentukan kesadaran, walaupun ia tidak secara persis mengatakan begitu.

Dalam mempelajari Islam, dimana ia meminta bahan-bahan dari Persatuan Islam Bandung, ia ingin mencocokkan dengan pandangannya sendiri. Ia ingin membaca buku The Spirit of Islam yang terkenal karya Syed Ameer Ali umpamanya, untuk dibandingkan dengan pandangannya sendiri. Karena ia telah memiliki persepsi dan asumsi mengenai ajaran Islam, maka ia ingin menampilkan pandangannya sendiri tentang Islam. Ia berfikir, hendaknya dilakukan kritik terhadap paham-paham Islam yang tradisional, untuk kemudian dikembalikan kepada sumber ajaran Islam yang paling autentik, yaitu al Qur'an. Anehnya, Soekarno yang bersemangat itu, menganjurkan dipakainya ilmu pengetahuan modern (modern science), seperti ilmu-ilmu sosial, biologi, astronomi atau elek-tronika untuk memahami al Qur'an. Dalam perkataannya sendiri:
Bukan sahaja kembali kepada al Qur'an dan Hadist, tetapi kembali kepada al Qur'an dan Hadist dengan mengendarai kendaraannya pengetahuan umum. Ia bersikap kritis terhadap kitab-kitab tafsir, seperti ka-rangan Al-Baghawi, Al-Baidhawi dan Al Mazhari, karena tafsir-tafsir itu belum memakai ilmu pengatahuan mo-dern. Pandangan jauhnya terlihat dalam ucapannya sebagai berikut:

Bagaimana orang bisa betul-betul mengerti firman Tuhan bahwa segala sesuatu itu dibikin oleh Nya 'berjodoh-jodohan', kalau tak mengetahui biologi, tak mengetahui elektron, tak mengetahui positif dan negatif,tak me-ngetahui aksi dan reaksi?. Bagaimana orang bisa mengatahui firmanNya, bahwa kamu melihat dan menyangka gu-nung-gunung itu barang keras, padahal semuanya itu berjalan selaku awan, dan sesungguhnya langit-langit itu asal-muasalnya serupa zat yang berlaku, lalu kami pecah-pecah dan dan kami jadikan segala barang yang hidup daripada air, kalau tidak mengerti sedikit astronomy? Dan bagaimanakah mengerti ayat-ayat yang meriwayat kan Iskandar Zulkarnain, kalau tidak mengerti sedikit history dan archeology?

Pendekatan inilah yang kelak diikuti oleh scientist Muslim seperti Sahirul Alim, Ahmad Baiquni atau M. Immaduddin Abdurrahim.

Ia menganjurkan agar umat Islam itu tidak menengok ke belakang, termasuk hanya mengagumi dan mengaung-agung kan zaman kejayaan Islam (Islamic Glory), melainkan melihat jauh kemuka. Kuncinya adalah membuang jauh sikap anti-Barat secara priori. Ia juga mengecam sikap tradisional yang disebutnya sebagai semangat kur-ma dan semangat sorban. Saran lain yang dikemukakannya adalah tidak terpakun pada yang halal dan haram saja, tetapi juga kepada hal-hal yang mubah dan jaiz, dimana umat Islam mempunyai kemerdekaan berfikir, sesuai dengan hadist nabi engkau lebih tahu mengenai masalah duniamu (antum a'lamu bi umuri duniakum). Tidak saja di lapangan pemikiran, Soekarno banyak menganjurkan perhatian, tetapi juga di bidang da'wah. Ia mengagumi kegiatan misi Katholik di Flores dan menganjurkan agar hal yang sama bisa dilakukan oleh da'wah Islam.

Kritik Soekarno muda memang blak-blakan dan keras, sehingga ia sendiri merasa bisa disalah-pahami sebagai anti-Islam. Walaupun menyadari risiko itu, ia tidak berhenti mengkritik paham-paham Islam yang kolot. Tapi lebih tepatnya, di bidang da'wah ia lebih bersimpati kepada muballig-muballig yang modern-scientific dan meng-ancam muballig-mubalkig a la kyai bersorban dan a la hadramaut. Ia sangat menghargai umpamanya, mubal-lig seperti Mohammat Natsir yang menulis Islam dalam bahasa Belanda untuk kaum terpelajar.

Ia agaknya menginginkan, agar umat Islam mengembangkan segi keduniaanya yang nabi Muhammad saw telah me-mberikan kebebasan berfikir. Dalam rumusannya sendiri ia berkata:

Kita tidak ingat bahwa Nabi saw sendiri telah menjaizkan urusan dunia menyerahkan kepada kita sendiri perihal urusan dunia, membenarkan segala urusan dunia yang baik dan tidak haram atau tidak makruh. Kita royal sekali dengan perkataan kafir , kita gemar sekali mencap segala barang yang baru dengan cap kafir. Pengetahuan Barat-kafir, radio dan kedokteran - kafir pantalon dan dasi dan topi-kafir, sendok dan garpu dan kursi-kafir, tulisan Latin - kafir, ya pergaulan dengan bangsa yang bukan Islampun - kafir ! Padahal apa-apa yang kita namakan Islam? Bukan Roch Islam yang berkobar-kobar, bukan api Islam yang menyala-nyala, bukan Amal Islam yang mengagumkan, tetapi .... dupa dan korma dan jubah dan celak mata !

Kritik-kritik terhadap Islam tradisional yang kolot, memang terasa tajam. Tetepi espresi itu sebanarnya jus tru menunjukkan sikap jujurnya. Ia tidak takut dicap anti-Islam. Namun sikap yang sangat menghendaki kemaju an itu agaknya pernah menimbulkan kejengkelan A. Hassan, sehingga Soekarno mudah dituduhnya telah kebabla-san , sehingga cenderung menghalalkan apa yang dalam fiqih disebut haram. Soekarno memang banyak mengkri-tik pemikiran dan cara berfikir fiqih dan cara berfikir taqlid terhadap ulama terdahulu. Ia menginginkan ber-fikir dan melakukan reinterpretasi langsung kepada al Qur'an dan Hadist yang sahih, sebab ia percaya bahwa Hadist yang sahih tidak bertentangan dengan rasionalisme dan kemoderanan.

Memang kritik-kritik Haji Agus Salim, A. Hassan dan Mohammad Natsir,ada kalanya cukup telak, misalnya da-lam mengoreksi paham cinta tanah air yang bisa menjerumuskan kita ke dalam memberhalakan tanah air, bangsa dan ras. Kritik semacam itu kelak muncul lewat tulisan-tulisan Eric Fromm tentang agama dan psikoalanisis yang mengingatkan bahwa manusia itu bisa menyembah ras, bangsa, kekayaan dan seks. Tapi kritik-kritik seperti itu bisa diterimanya dengan , sehingga ia melakukan koreksi dan defensi terhadap paham nasionalismenya. Ia bisa cukup mengerti untuk tidak terjerumus ke dalam syirik yang merusak kepercayaan tauhid yang murni.

Soekarno juga tidak merasa dendam terhadap para pengeritiknya, bahkan ia sangat menghargai pemikiran semacam darti Haji Agus Salim dan Natsir. Ketika Bung Karno telah menjadi Presiden RI, ia bahkan mengangkat Natsir sebagai sekretarisnya yang sangat ia percaya. Banyak yang menyayangkan bahwa hubungan Natsir-Soekarno itu retak. Kalangan Islam sendiri banyak menyayangkan sikap Natsir umpamanya, mengapa ia tidak memelihara hubungan dengan Soekarno, malahan lebih dekat dan dalam politik bahkan mengikut kepada Syahrir. Padahal Syahrir adalah juga seorang Marxis atau sosialis. Tapi berbeda dengan Soekarno yang memiliki empati yang sangat besar terhadap Islam, Syahrir adalah orang yang sama sekali tidak peduli terhadap Islam. Banyak yang menjelaskan bahwa Natsir telah terjebak dalam ikatan etnis dengan Syahrir dan Hatta yang sama-sama orang Minang, sedangkan Soekarno adalah orang Jawa. Padahal Syahrir menyatakan rasa tidak suka dan bahkan kebenciannya terhadap Soekarno. Itulah sebabnya, pada akhirnya, Bung Karno merasa lebih dekat dengan orang-orang PKI yang mendukungnya, paling tidak tidak memusuhinya. Bahkan secara politis, Bung Karno merasa lebih dekat dengan NU daripada dengan Masyumi.

Kritik-kritiknya terhadap paham Islam tradisional, betapapun tajam dan kerasnya. Kritiknya yang jelas terpam pang dalam tulisannya yang berjudul Tabir adalah lambang Perbudakan: Tabir tidak diperintahkan oleh Islam. Tapi di sini, nampak prasangka baik Bung Karno terhadap Islam. Ia tidak menantang ajaran Islam itu sendiri, melainkan mengatakan bahwa tabir itu tidak diperintahkan Islam. Ia tidak percaya bahwa mensekat kelompok laki-laki dan perempuan itu adalah perintah Islam. Pandangan Bung Karno itu ternyata dibenarkan oleh Haji Agus Salim. Tapi sikap Bung Karno sendiri tegas dan uncompromising. Ia bahkan pernah protes dengan meninggalkan suatu pertemuan Muhammadiyah, karena pertemuan itu membuat tabir, padahal ia melihat tabir adalah lambang perbudakan perempuan.

Pandangan Soekarno tentang perempuan, ternyata adalah contoh dari pandangan yang mendahului zamannya. Pandangannya yang lengkap tentang perempuan menggerakkannya untuk menulis sebuah buku yang berjudul Sarinah, sebuah buku yang sanggup menimbulkan rasa haru. Orang bisa menangis membaca buku itu. Jauh sebelum timbulnya wacana modern mengenai gender, Soekarno telah memiliki faham tentang feminisme. Pandangannya itu bisa dikatakan mengikuti aliran Marxis. Di situ ia berpendapat bahwa diskriminasi terhadap perempuan itu berakar dari stelsel sosial-ekonomi. Penindasan terhadap perempuan adalah bagioan dari kapitalisme dan imperialisme. Karena itu untuk membebaskan kaum perempuan, yang harus dilakukan adalah memberantas stelsel produksi.

Dalam buku Sarinah itu Bung Karno juga mengemukakan sebuah pandangannya tentang agama. Disitu ia menguraikan evolusi pandangan keagamaan, mengikuti tahap-tahap perkembangan masyarakat. Pandangannya sejalan dengan teori evolusi August Comte. Sesuai dengan perkembangan masyarakat yang berdasarkan stelsel produksi (dalam istilah Marxis modern mode of production dan social formation), maka agama yang dipeluk masyarakat juga mengalami perubahan, dari mula-mula menyembah roh yang terdapat pada benda-benda dan roh nenek moyang (animisme dan dinamisme), kepada menyambah berhala, dan kemudian pada masyarakat agraris orang mulai mengenal Tuhan yang Maha Esa. Konsekuensi dari teori evolusi ini adalah bahwa kelak, setelah orang menguasai ilmu pengetahuan dan lingkungannya, kepercayaan kepada Tuhan akan dengan sendirinya hilang. Marx sendiri juga berpendapat bahwa agama itu tidak perlu dimusuhi, karena agama hanyalah m,anifestasi dari ketertindasan dan alinasi.. Yang harus dilakukan adalah merubah masyarakat itu sendiri, dengan melenyapkan segala bentuk penindasan. Analisis tersebut sebenarnya rawan dan memungkinkan pencemaran citra Bung Karno sebagai pemikir. Orang bisa menarik kesimpulan, bahwa Bung Karno itu jatidirinya lebih Merxis daripada Muslim.

Tapi hal itu tidak benar, karena ketika mengusulkan philosopische gronslag bagi negara Indonesia merdeka, disamping menawarkan ideologi-ideologi modern, seperti humanisme, nasionalisme, demopkrasi dan sosialisme, ia tidak lupa mengusulkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa,yang dalam pemahaman Muslim adalah ajaran tauhid. Karena itu, betapapun Bung Karno terseret dalam metode berfikir Marxis, tetapi ia tetap seorang Muslim.

Dalam perkembangan pemikiran Islam kemudian, ternyata muncul juga paham keislaman yang menyerap Marxisme, seperti paham yang ditawarkan oleh Ali Syari'ati. Teolog Muslim Mesir modern, Hasan Hanafi juga menawarkan faham Islam Kiri. Kecenderungan Bung Karno terhadap Marxisme itu sebenarnya menunjukkan bahwa Soekarno adalah orang yang berfikiran maju, terbuka dan ilmiah. Tapi Bung Karno tidak menelan mentah-mentah Marxisme. Ia ingin agar Marxisme, yang kekuatan utamanya adalah mampu menelanjangi kapitalisme dan imperialisme itu, disesuaikan dan mampu mengisi nasionalisme Indonesia. Terhadap Islampun juga, ia tidak menolak Islam. Bahkan, pada tahun 1927 pun, Soekarno telah menampilkan tiga ideologi yang paling maju dan progresif, dengan ciri utamanya, anti kapitalisme dan imperialisme, yaitu Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme. Pemikirannya itu boleh disebut sangat berani dan memberikan kualifikasi Soekarno sebagai seorang intelektual yang berani melakukan sintesa terhadap paham-paham terkemuka di dunia. Ia bahkan beranmi mensintesakan Islamisme dengan Marxisme yang dalam pandangan umum bertentangan satu sam lain.
Soekarno muda sendiri tertarik kepada Islam karena wacana Sheikh Mohammad Abduh dan syed Jamaluddin Al afghani yang dikenal sebagai pelopor faham Islam modernis yang dikiuti oleh Masyumi dan Muhammadiyah.

Soekarno muda mengakui adanya apa yang disebut Islamisme yang merupakan sebuah ideologi, seperti Marxisme dan Nasionalisme.
Islamisme itu kelak dikembangkan oleh Nurcholish Madjid, ketika ia menjadi salah seorang Ketua HMI pada tahun 1965. Tapi konsep Islamisme itu sendiri tidak lagi berkembang, selain beberapa tulisan Mohammad natsir tentang konsep negara dalam Islam atau islam sebagai dasar negara yang masih bersifat sangat umum. Hal ini menunjukkan betapa telah majunya pemikiran Bung Karno mengenai kemungkinan dikembangkannya sebuah ideologi Islamisme. Disini kita tidak melihat bahwa Bung Karno itu anti Islam-politik. Cuma Bung Karno ber-fikir bahwa Islamisme itu hendaknya mampu menyerap Marxisme dan bercorak nasionalis. Ia bahkan mencoba menunjukkan adanya persamaan antara Islamisme dan Marxisme, sebagaimana dilihat juga oleh Ali Syari'ati. Dalam suatu karangannya, Soekarno menjelaskan:

Kaum Islamis tidak boleh lupa, bahwa kapitalisme, musuh Marxisme itu, ialah musuh Islamisme pula! Sebab meer warde sepanjang Marxisme, dalamn hakekatnya tidak lainlah daripada riba sepanjang faham Islam. Meer warde, ialah teori: memakan hasil pekerjaan lain orang, tidak memberi bahagian keuntungan yang seharusnya menjadi bahagian kaum buruh yang bekarja mengeluarkan untung itu, --teori meerwarde itu disusun oleh Karl Marx dan Frederich Engels yang menarangkan asal-asalnya kapitalisme terjadi. Meerwarde inilah yang menjadi nyawa segala peraturan yang bersifat kapitalistis; dengan memerangi meerwarde inilah kaum Marxisme meme-rangi kapitalisme sampai pada aker-akarnya !

Atas dasar keterangan tentang adanya persamaan antara Islamisme dan Marxisme paling tidak dengan melihat persamaan konsep weerwarde dan riba itu, maka Soekarno menganjurkan agtar jangan hendaknya umat Islam me-musuhi Marxisme, bahkan mengambil Marxisme untuk menjelaskan ajaran Islam. Tapi yang terlebih penting, ia menghandaki persatuan antara tiga paham itu dalam mendukung perjuangan Indonesia merdeka. Pada akhirnya, jati diri Soekarno adan seorang nasionalis. Itu semua menunjukkan keberanian berfikir dan kejujuran berfikir seorang Muslim seperti Soekarno.

Pandangannya yang menyeluruh dan terbuka menganai islam digambarkan dalam karangannya dalam Panji Islam (1940) tentang Me `muda' kan Pengertian Islam. Dalam karangannya itu ia antara lain mengemukakan preporisi tentang flkesibilitas hukum Islam. Ternyata pandangannya ini dikecam secara tajam dan sinis oleh A. Hassan. Padahal, Soekarno hanyalah mengutip pandangan Sayid Ameer Ali dalam bukunya The Spirit of Islam. Cuma Soekarno mempergunakan istilah yang kurang tepat, yaitu mengumpamakan fleksibilitas itu dengan karet, sehingga ditangkap oleh A. Hassan, bahwa Soekarno menganggap hukum Islam itu seperti hukum karet:
hukum yang jempol haruslah seperti karet, katanya,
dan kekaretan ini adalah teristimewa sekali pada hukum-hukum Islam.
Padahal menuruit citranya, hukum itu haruslah tegas untuk men jamin apa yang disebut kepastian hukum.

Faktor yang mereduksi citra Bung Karno sebagai pemikir Islam adalah pandangannya yang cenderung menyetu-jui langkah Turki yang memisahkan agama dan negara. Dengan perkataan lain Soekarbo adalah seorang nasio-nalis sekuler sebagaimana Kemal Ataturk. Kesan ini memang ada benarnya, tetapi dengan catatan. Disamping ingin memisahkan agama dari negara, di lain pihak Soekerno juga menghendaki revitalisasi Islam sebagai gerak-an masyarakat. Pandangannya ini sejalan dengan keterangan Talcot Parsons yang menyerahkan kemabli agama kepada masyarakat. Sebab agama yang dipersatukan dengan negara akan menciptakan sebuah negara teokrasi yang otoriter, yang menghambat dinamika berfikir dan dinamika perkembangan masyarakat. Karena itu maka Soekarno adalah penganut apa yang kini disebut sebagai Islam liberal di satu pihak dan Islam dinamis (memin-jam wacana mutakhir) di lain pihak.

Tapi perkiraan Bung Karno itu ternyata tidak terbukti benar, karena sekularisme ternyata sangat menghambat perkembangan pemikmiran Islam, seperti telah terjadi di Turki. Sekularisme ternyata juga bisa menghasilkan suatu rezim otoriter dan di Turki didukung dengan pengaruh militer atas kehiodupan politik. Kaum militer umpamanya, mencegah rekonsiliasi Turki dengan dunia Islam dan mempertahankan citra Turki sebagai bagian da-ri Eropa Barat, sementara kehendak elite politik Turki itupun ditolak oleh negara-negara Eropa Barat. Peme-rintah Turki ternyata bertindak otoriter ketika memaksa Perdana Mentari Erbakan turun dari kekuasaannya, padahal Erbakan duduk di pemerintahan dengan memenangkan pemilu.

Dalam tulisannya mengenai memudakan pengertian Islam itu Bung Karno sebenarnya ingin memajukan Islam dan masyarakat Islam. Ia ingin agar Islam yang telah dimudakan itu mampu membawa dan menjadi motor per-ubahan kemasyarakatan. Hanya saja di dalam kehidupan politik, Bung Karno tidak menyetujui penggunaan simbol Islam. Ia ingin Islam masuk ke dalam paham kebangsaan. Ia juga mengecap sistem ketata-negaraan Islam menyetujui sistem demokrasi parlementer yang dianggapnya sebagai demokrasi borjuis itu. Agaknya ia berharap Islam mempunyai konsep sendiri mengenai demokrasi yang mengarah kepada gagasan demokrasi terpimpin , yang kira-kira demokrasi yang berdasarkan permusyawaratan darupada berdasarkan kebebasan yang memberi pe-luang. Bagi tumbuhnya kapitalisme itu.

Sebenarnya Bung Karno tidak sepenuhnya setuju dengan model Turki. Ia bahkan menampakkan simaptinya ter-hadap model Mesir yang ingin mendamaikan agama dengan negara. Hanya saja, pengertian tentang Islam oleh kaum Muslimin itu perlu diluruskan dengan pengetahuan modern.

Bukan di dalam persatuan agama dan negara, bukan di dalam sistem yang menentukan Islam menjadi pedoman bagi segala gerak-geriknya negara, terletak nya sebab kemunduran dunia Islam, katanya te-tapi di dalam salahnya pengertian tentang agama. Di dalam kesalahan tafsir inilah letaknya sumber kebencanaan. Di dalam kesalahan tafsir inilah letaknya segala kesalahan pula. Islam tidak meng-halagi kemajuan, demikian tekannya,

Islam hanyalah salah ditafsirkannya, salah diinterpretasikannya. Mesir lantas membuat interpre-tasi yang membuat pintu buat kemajuan. Turki berbuat radikal, Mesir berbuat kompromintis.

Di dalam spektrum kepemimpinan Islam di Indonesia, Bung Karno menduduki posisi yang unik. Ia menyumbang kan pemikiran-pemikiran Islam dengan analisis ilmu-ilmu sosial modern yang tidak dilakukan oleh pemimpin Islam manapun. Jika seandainya tidak ada orang seperti Bung Karno di kalangan umat Islam, seorang Bung Karno perlu ditemukan, separti kata-kata Paul Samualton terhadap Milton Friedman, bahwa seorang seperti dia should be invented. Karena itu diskusi ini sebenarnya dimaksudkan untuk melakukan rediscovery mengenai Bung Karno sebagai pemikir Islam yang orisinal. Dan bukannya kontroversial. Upaya ini merupakan argumen bahwa Bung Karno bukanlah seorang sikretis, melainkan seorang penganut agama tauhid yang murni, sebagai-mana ia mengidentifikasikan dirinya sebagai Muhammadiyah.

Wassalam,
caknur

Sujud Bikin Cerdas

Salat adalah amalan ibadah yang paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat melekat dengan gestur (gerakan khas tubuh) seorang muslim. Namun, pernahkah terpikirkan manfaat masing-masing gerakan? Sudut pandang ilmiah menjadikan salat gudang obat bagi berbagai jenis penyakit!

Saat seorang hamba telah cukup syarat untuk mendirikan salat, sejak itulah ia mulai menelisik makna dan manfaatnya. Se-bab salat diturunkan untuk menyempurnakan fasilitasNya bagi kehidupan manusia. Setelah sekian tahun menjalankan sa-lat, sampai di mana pemahaman kita mengenainya?

TAKBIRATUL IHRAM
Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah.
Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu mere-gang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau da-da bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.

RUKUK
Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas pung-gung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.
Manfaat: Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyang-ga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah la-tihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.

ITIDAL
Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggi telinga.
Manfaat: Ftidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud meru-pakan latihan pencernaan yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelong-garan secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.

SUJUD
Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai.
Manfaat: Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghin-darkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.

DUDUK
Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.
Manfaat: Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iffirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.

SALAM
Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal.
Manfaat: Relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.
BERIBADAH secara, kontinyu bukan saja menyuburkan iman, tetapi mempercantik diri wanita luar dalam.

PACU KECERDASAN
Gerakan sujud dalam salat tergolong unik. Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya.

Mengapa?
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yamg memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan. Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard Universitry, AS. Bahkan se-orang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan masuk Islam setelah diam-diam melakukan riset pe-ngembangan khusus mengenai gerakan sujud.

PERINDAH POSTUR
Gerakan-gerakan dalam salat mirip yoga atau peregangan (stretching). Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancar-kan peredaran darah. Keunggulan salat dibandingkan gerakan lainnya adalah salat menggerakan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan tangan. Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga mem-perbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.

MUDAHKAN PERSALINAN
Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati kaum hawa. Saat pinggul dan pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut (rectus abdominis dan obliquus abdominis externuus) berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan dibu-tuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila, otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia justru lebih elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).

PERBAIKI KESUBURAN
Setelah sujud adalah gerakan duduk. Dalam salat ada dua macam sikap duduk, yaitu duduk iftirosy (tahiyyat awal) dan duduk tawarruk (tahiyyat akhir). Yang terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, inilah daerah paling terlindung karena terdapat tiga lubang, yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih. Saat duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah peri-neum.

AWET MUDA
Pada dasarnya, seluruh gerakan salat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan secara rutin, maka sel-sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasi pun berlang-sung lancar. Alhasil, tubuh senantiasa bugar. Gerakan terakhir, yaitu salam dan menengok ke kiri dan kanan punya pe-ngaruh besar pada ke­kencangan. kulit wajah. Gerakan ini tak ubahnya relaksasi wajah dan leher. Yang tak kalah pen­tingnya, gerakan ini menghin­darkan wanita dari serangan migrain dan sakit kepala lainnya.


Wassalam,
caknur

Islamnya Napoleon Bonaparte

Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang benar kelahiran Ajac cio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam se-jarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.

Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu. Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuas kan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai.

Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyata-kan ke-Islamannya dihadapan dunia Internasional.

Apa yang membuat Napoleon ini lebih memilih Islam dari-pada agama lamanya, Kristen ?

Berikut penuturannya sendiri yang pernah dimuat dimajalah Genuine Islam, edisi Oktober 1936 terbitan Singa-pura.
I read the Bible; Moses was an able man, the Jews are villains, cowardly and cruel.
Is there any-thing more horrible than the story of Lot and his daughters ?
Saya membaca Bible; Musa adalah orang yang cakap, sedang orang Yahudi adalah bangsat, pengecut dan jahat. Adakah sesuatu yang lebih dahsyat daripada kisah Lut beserta kedua puterinya? (Lihat Kejadian 19:30-38)

The science which proves to us that the earth is not the centre of the celestial movements has struck a great blow at religion. Joshua stops the sun ! One shall see the stars falling into the sea...
I say that of all the suns and planets,...
Sains telah menunjukkan bukti kepada kita, bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, dan ini merupakan pukulan hebat terhadap agama Kristen. Yosua menghentikan matahari (Yosua 10: 12-13).
Orang akan melihat bintang-bintang berjatuhan kedalam laut.... saya katakan, semua matahari dan planet-planet ....

Selanjutnya Napoleon Bonaparte berkata :
Religions are always based on miracles, on such things than nobody listens to like Trinity. Yesus called himself the son of God and he was a descendant of David. I prefer the religion of Muhammad.
It has less ridiculous things than ours; the turks also call us idolaters.
Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual seperti yang terdapat didalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa.

Selanjutnya :
Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Mussel-mans.
Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda disetiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memulia-kan nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam.

Akhirnya ia berkata :
In the name of God the Merciful, the Compassionate. There is no god but God, He has no son and He reigns without a partner.
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah. Ia tidak beranak dan Ia mengatur segala makhlukNya tanpa pendamping.

Napoleon Bonaparte mengagumi AlQuran setelah membandingkan dengan kitab sucinya, Alkitab. Akhirnya ia menemukan keunggulan-keunggulan AlQuran daripada Alkitab, juga semua cerita yang melatar belakanginya.

DID YOU KNOW ? Napoleon Bonaparte embraced Islam?
England's foe for many years has been France. The legacy remains as seen in the Capital of England, London, where monuments dedicated to defeats over France, are evident. The defeats have been most significant against that of when France was being ruled by Napoleon Bonaparte. (Nelson's Column, Trafelgar Square, Waterloo Station to name but a few.)

Yet, history is seldom seen in the truthful light, and is nearly always partial to the 'winning side' - in whose hand the pen remains, long after both the battle and the war have been won. Yet, recent discoveries have seemed to suggest some interesting facts about Napoleon and his religious beliefs.

In the book, 'Satanic Voices - Ancient and Modern' by David M. Pidcock, (1992 ISBN: 1-81012-03-1), it states on page 61, that the then official French Newspaper, Le Moniteur, carried the accounts of his conversion to Islam, in 1798 C.E.

It mentions his new Muslim name, which was 'Aly (Ali) Napoleon Bonaparte'. He commends the conversion of his General Jacques Menou, who became known as General 'Abdullah-Jacques Menou', who later married an Egyptian, Sitti Zoubeida - who was descended from the line of the Prophet Muhammad (on whom be peace).

Napoleon did recognise the superiority of the Islamic (Shari'ah) Law - and did attempt to implement this in his Empire. Most of this, as one can imagine, has been removed/replaced by modern-day secular laws in France and other parts of Europe, but some aspects of the Islamic (Shari'ah) Law do currently exist in French constitution as the basis for some of their laws from the Code Napoleone. One publicised case was that of the fatal car accident with Diana, Princess of Wales, and Dodi Al-Fayed.
The photographers were charged with an old part of the French Jurisprudence, for 'not helping at the scene of an accident'- which is taken from the Shari'ah Law of Imam Malik.
(David M. Pidcock, 1998 C.E.)
Further detailed accounts of this can be found in the book 'Napoleon And Islam' by C. Cherfils. ISBN: 967-61-0898-7
http://www.shef.ac.uk/~ics/whatis/articles/napoleon.htm

Bonaparte and Islam
Bonaparte's secretary describes the religious practices, attitudes, and views of Bonaparte with regard to Islam. Accepting that the general curried favor with Muslims, he also hoped to deflect criticism of Bona parte, claiming that what he did was good governance rather than bad Christianity, as his critics maintained.

It has been alleged that Bonaparte, when in Egypt, took part in the religious ceremonies and worship of the Mussulmans; but it cannot be said that he celebrated the festivals of the overflowing of the Nile and the anniversary of the Prophet. The Turks invited him to these merely as a spectator; and the presence of their new master was gratifying to the people. But he never committed the folly of ordering any solemnity. He neither learned nor repeated any prayer of the Koran, as many persons have asserted; neither did he advocate fatalism polygamy, or any other doctrine of the Koran. Bonaparte employed himself better than in discussing with the Imans the theology of the children of Ismael. The ceremonies, at which policy induced him to be pre-sent, were to him, and to all who accompanied him, mere matters of curiosity. He never set foot in a mosque; and only on one occasion, which I shall hereafter mention, dressed himself in the Mahometan costume. He attended the festivals to which the green turbans invited him. His religious tolerance was the natural con-sequence of his philosophic spirit.

Doubtless Bonaparte did, as he was bound to do, show respect for the religion of the country; and he found it necessary to act more like a Mussulman than a Catholic. A wise conqueror supports his triumphs by protecting and even elevating the religion of the conquered people. Bonaparte's principle was, as he himself has often told me, to look upon religions as the work of men, but to respect them everywhere as a powerful engine of government. However, I will not go so far as to say that he would not have changed his religion had the con-quest of the East been the price of that change. All that he said about Mahomet, Islamism, and the Koran to the great men of the country he laughed at himself. He enjoyed the gratification of having all his fine sa-yings on the subject of religion translated into Arabic poetry, and repeated from mouth to mouth. This of course tended to conciliate the people.

I confess that Bonaparte frequently conversed with the chiefs of the Mussulman religion on the subject of his conversion; but only for the sake of amusement. The priests of the Koran, who would probably have been delighted to convert us, offered us the most ample concessions. But these conversations were merely started by way of entertainment, and never could have warranted a supposition of their leading to any serious result. If Bonaparte spoke as a Mussulman, it was merely in his character of a military and political chief in a Mussul-man country. To do so was essential to his success, to the safety of his army, and, consequently, to his glory. In every country he would have drawn up proclamations and delivered addresses on the same principle. In India he would have been for Ali, at Thibet for the Dalai-lama, and in China for Confucius.

Source: Memoirs of Napoleon Bonaparte by Louis Antoine Fauvelet de Bourrienne edited by R.W. Phipps. Vol. 1 (New York: Charles Scribner's Sons, 1889) p. 168-169.
http://chnm.gmu.edu/revolution/d/612/

Jerusalem and Napoleon Bonaparte
by S.Rami http://www.diomedes.com/elislam_1.htm
As Napoleon consolidated his foot in Egypt, he began mulling the idea of taking over Palestine and Syria. Accordingly, he left Egypt in the spring of 1799, crossing the desert, thus entering Palestine proper. But before clashing with the Ottoman soldiers and the Palestinian citizens, Napoleon, who declared himself as a Muslim, donning a turban over his head, circulated a leaflet, stating in particular the following excerpt.
In the name of Allah, Most Gracious, Most Merciful

From Bonaparte, the Amir (Prince) of the French armies, to the all and clerics, muftis and the populations of Gaza, Ramla and Jafa, may Allah protect them. After Assalam (Greetings)- This is written to let you know that we came here for the purpose of evicting the Mamluks and the Askar (soldiers) of Al Jazzar [Ahmad Pasha, the Governor of the Palestinian Fort of Acre], and ending his incursions in Jafa and Gaza, which are not under his rule? For what reason he sent his soldier to El Afresh Fort? In doing so he was encroaching upon Egypt. Thus, his aim is to have war with us, and so we came here to fight him.

And after Napoleon had reassured the Palestinians on the matters of security for themselves and their families, he went on to say:
Our aim is that the Judges don't relinquish their jobs, whereas Islam is still cherished and well-considered, and the mosques full of prayers and believers. He who demonstrates with affability to-ward us will succeed, but who betrays us would perish.

The Palestine's Expeditionary Force of 13,000- strong was under the command of Bonaparte himself, assisted by five generals, including Kleber, Murat and Dugua.

As Jazzar learned of the approaching French force, he began counter military preparations by the fortifi-cation of Jafa, and sending enforcements to Gaza. His forces arrived at the Egyptian town of El Areesh, but the French occupied the latter after 8-day-siege on February 16, 1799. Thereafter, the French proceeded to-ward the Palestinian Khan Younis and proceeding later to Gaza. On February 25, the forces of Bonaparte and Al Jazzar engaged in a battle, which was ended by defeating the latter.

On Feb. 28, Bonaparte left Gaza for the conquest of Palestine, taking over the Ramla first, then Jafa (March 6, 1799). The latter was defended by a 12,000-strong mixed force of Al Jazzar and the Mamluks. But Napoleon bombarded the city by his heavy artillery, occupying it and killing at least 3,000 captives without burying them, claiming that they were dishonest and not respectful to the military honor! Thus, their exposed bodies became coveted meals for the vultures.

The people of the land thought that Bonaparte would move towards Jerusalem, which the Turks incarcerated all the followers of the Orthodox Church in the Church of Sepulcher. But he did not show up. When asked if he intended to pass through it, Bonaparte retorted sternly:
No. Jerusalem is not on my itinerary. And I don't intend to arouse frictions with the mountains' peo-ple, and to penetrate deeply and get stuck. Moreover, I don't want to be vulnerable to attacks by numerous horse riders from the other side. I am careful not to face Casius' fate.

As a matter of fact, Bonaparte used to pay attention to the military spots only, and he didn't view Jerusalem as a significant military site at the time.

According to one story, Bonaparte wrote to the residents of Jerusalem, asking them to succumb to his autho-rity, but they retorted that they are affiliated with Acre, and who manages to take over the latter, he simul-taneously controls Jerusalem. Consequently, Bonaparte moved to besiege Acre, the capital of Palestine at the time.

According to the Palestinian historian Ahmad Sameh Khalidi wrote in his book Ahl El Elm Bein Misr Wa Pha-lasteen, 1947, that Musa Khalidi, a military judge based in the Asetana (Constantinople), wrote to the Jerusa-lemites, urging them to fight against Napoleon, and they clashed with his troops in many places of Palestine, from Nablus region in particular. Bonaparte moved his troops to Haifa, occupying it and arriving to Acre on March 19,1799. He besieged the city, which Al Jazzar had already entrenched behind its walls. The siege remained 60 days, but Bonaparte failed to capture the city, falling back from it after his troops were ravaged by plague, which killed many of them, including some generals. Moreover, certain developments in France compelled Bonaparte to go home, leaving behind him the botched military expedition of Palestine. Some 3,500 French soldiers lost their lives in the vicinity of Acre's walls, as 1,000 more vanished in their way out of the country. He arrived Egypt, on his way home, on May 1799.

Bonaparte was a military genius, but he lost a lot of his prestige during his two-month adventure in Palestine.
http://www.jerusalemites.org/history_of_palestine/18.htm

BONAPARTE SAID
NAPOLEON (BONAPARTE):
Napoleon I (1769-1821 [1237 A.H.]), who went into history as a military genius and statesman, when he entered Egypt in 1212 [C.E. 1798], admired Islam's greatness and genuineness, and even considered whether he should become a Muslim. The following excerpt was paraphrased from Cherfils's book (Bonapart et Islam):

Napoleon said:
The existence and unity of Allahu ta'ala, which Musa 'alaihis-salam', had announced to his own peo-ple and Isa 'alaihis-salam' to his own ummat, was announced by Muhammad 'alaihis-salam' to the en-tire world. Arabia had become totally a country of idolaters. Six centuries after Isa 'alaihis-sa-lam', Muhammad 'alaihis-salam' initiated the Arabs into an awareness of Allahu ta'ala, whose existence prophets previous to him, such as Ibrahim (Abraham), Ismail, Musa (Moses) and Isa (Jesus) alaihim-us-salam', had announced. Peace in the east had been disturbed by the Arians, [i.e. Chris-tians who followed Arius], who had somehow developed a degree of friendship with the Arabs, and by heretics, who had defiled the true religion of Isa 'alaihis-salam' and were striving to spread in the name of religion a totally unintelligible credo which is based on trinity, i.e. God, Son of God, and the Holy Ghost.

Muhammad 'alaihis-salam' guided the Arabs to the right way, taught them that Allahu ta'ala is one, that He does not have a father or a son, and that worshiping several gods is an absurd custom which is the continuation of idolatry.

At another place in his book he quotes Napoleon as having said,
I hope that in the near future I will have the chance to gather together the wise and cultured peo-ple of the world and establish a government that I will operate [in accordance with the principles written in Qur'an al-karim.]

Wassalam,
caknur

JUAL GORDEN CANTIK

ALYA GORDEN -Kertayasa-Kramat-Tegal Jl. Barat Balai Desa Kertayasa RT02/RW03- Kec.Kramat-Kab Tegal -50M dari Balai desa. Terima pesanan G...